Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Mawar dipelabuan

Malam ini purnama sempurna bundar diangkasa. Herkules, sering dipanggil Ules oleh warga sekitar. Ules sedang berdiri termangu diatas genting posiandu menatap langit. Kuli bangunan hitam legam ini mendadak melangkolis, dadanya sering sesak bila mendengar lagu bernada gundah gulana, galau yang sering diputar di walkman butut sekalipun itu lagu berbahasa Inggris, ia bias merasakan kesedihan walaupun seberarnya Ules yang tak tamat SD tak pernah tau kata bahasa inggris untuk ‘cinta’.             Ules mengusap dadanya yang bidang, Ules tak pernah sakit karena badannya seperti kuda beban – kuat tetapi baru kali ini rongga dadanya terasa penuh, ada yang menjalar dari dadanya ke kerongkongannya. Membatu disana. Mata cerianya yang sering menghiasi wajah garangnya kini lesap sudah, berganti dengan mata sendu tak kuasa menahan tangis.             Pantulan purnama memantul jelas pelabuan ujung. Lagu yang diputar sekarang adalah lagu dari penyanyi kenamaan ibukota. Berlirik keresahan seseoran

Janji

Ini janji matahari kepada bumi Ia akan menyinari saban pagi sampai langit menua lalu tenggelam lagi Matahari tidak pergi ia hanya bersembunyi dibalik gelap Lalu ia mengirimkan selinting cahaya dari utusannya panglima bulan Ini janji bintang kepada para petualang Ia akan menjadi penunjuk arah kala angkasa jadi jelaga, menunjukan tujuan bagi pencari arah Bintang tak pernah mengkhianati para petualang yang mengerti dirinya Ini janji Angin kepada para nelayan Angin akan mengarak layar keharibaan lautan Dan memulangkan mereka kala sudah dapat tangkapan Angin selalu mengantar dan menjemput seseorang yang mencintai dirinya Ini janji air kepada kehidupan Ia akan terbang kelangit lalu diantar awan Awan mengandung air dalam rahimnya Setelah sampai masanya Awan mengejan dan melahirkan kehidupan bagi seseorang yang menunggu tanpa menahannya datang Ini janji kepada yang Dicintai Aku selalu menjadi Matahari yang bersinar dan memandikanmu dengan cahaya yang

Cerpen : Kilas balik dipinggir selat Bosphorus

Adzan menyapu daratan Istanbul – tempat paling bersejarah dalam ekspansi Islam. Bangunan impresif dunia yakni ikon dari agama Islam dan Nasrani – Agia sophia dengan arsitektur yang memukau masih saja bertengger dengan anggun dan wibawa dengan rekam jejak sejarah mengagumkan. Selat Bosphorus disaput menjadi kuning kemerahan, disepuh matahari yang hendak terbenam. Istanbul disulap menjadi emas kala magrib menjelang.             Kota ini menjadi jembatan antara budaya Eropa dan Timur. Sehingga ditemukan akulturasi kultur yang mengagumkan. Kota ini yang dinubuatkan oleh Rasullah akan ditaklukan oleh panglima yang gagah berani Salahuddin Al Ayubi.             Aku hanya menikmati kopi diatas balkon sebuah kafe yang langsung menuju kearah selat Boshporus, menikmati merpati diantara atap atap rumah, menikmati adzan yang sayup diudara, menikmati matahari yang sempurna tenggelam di horizon. Sambil mengenang masa beberapa waktu kebelakang.             Pedih rasanya ketika harus menghadapi

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap

Sajak Rahasia

Kurahasiakan satu baris kalimat darimu Yang kusimpan baik baik didalam hatiku, dibawah lisanku Tapi kau boleh mengintip nakal sesekali Lewat bola mataku yang beseri menatapmu sesekali Tapi Bagaimana kau tahu Bila kau bertemu diriku kau lari dengan tatapan yang kau buang dan hatimu jeri Entah Antara kau tahu Atau memang tahu tetapi kau menepisnya jauh dari hatimu Aku memang pernah menaruh prasasti dalam hatimu dulu Tapi Mungkin Kau lupakan itu dengan prasasti yang kau bangun sendiri untuk seseorang yang rumahnya tak jauh dari mu Aku tahu siapa Lihatlah aku tersenyum Senyuman yang bisa ada karena seribu perban bebat luka yang kutahan Tak usah risau Tak usah cemas Aku tahu kau berdusta disekian kali Dusta yang jadi hijab bagi sebuah pisau kecil yang mengkilat yang mungkin nanti kan mengiris urat nadi Tapi yang lebih menyakitkan adalah ditusuk oleh pisau yang ditutupi kain, bukan ? Disaat ku tertusuk pisau kecil itu Lalu sebelum nyawaku lepa

Rabu kelabu

Rabu kelabu Rabu suram ditaburkannya abu Rasanya sesak nafasku dipenuhi debu Deru derai tangisku kini bisu Matahari gugur selama lamanya Langit kini hitam jelaga Karena cemburu melukis angkasa sekelam kelamnya Kini semesta jadi bara semerah saga Lelah disekian reinkarnasiku lagi Terlahir kembali untuk menikmati kematian yang biadab lagi perih Kepayahan disekaratku  - Jalaluddin Lazuardi  @To_Renn

Mencintaimu adalah takdir untuk dibunuh

Aku tak sanggup membunuh Aku tak sanggup untuk menangkis segala luka yang mendera Maka biarlah aku tewas dalam hatimu penuh bebat darah yang mengering ditiup angin bisu Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Maka kepada yang jadi madat Yang jadi candu hidupku Yang kupuja senyumnya Senyumnya yang meretas segala akalku Yang memunahkan segala kalut hidupku Seperti Seperti Rinai hujan yang lahir dari rahim awan Lalu melunasi takdirnya jatuh kepelukan lautan Maka Aku datang kepadamu dari rahim ibuku Untuk dibunuh cinta dalam haribaan ringkih pelukmu Aku berfikir Yang paling kejam dalam dunia adalah ketakutan Ketakutan ku tak bisa memelukmu ketika selembar nafasku melayang Ketakutanku tak kuasa melihatmu dipeluk orang selain diriku Maka itulah ego Ego adalah ketakutan yang paling dasar Jika aku harus tewas selain didalam hatimu Maka biarlah aku mati dalam lari Lari yang secepat kilat dan seribu cahaya dijadikan satu Lalu aku lenyap jadi debu membedaki semesta