Skip to main content

Surat atas Dendam ku

Surat Surat Atas Dendam Ku “Ku persembahkan atas getirku,yang di jelmakan atas kisahku yang nyata” Pendahuluan Pada usia 16 tahun (2014),masa muda mengalir deras dalam diri seorang remaja,dan khayalan penuh gejolak emosi masih terbakar dalam jiwa,setelah mengalami getirnya cinta,maka di susunlah suatu cerita yang bercerita “Surat Atas Dendamku” ini sebagai awal cerita yang ku tulis.cerita ini hampir semua cerita kegetiran di alami oleh penulis. Surat Pertama. Dalam rintik hujan yang jatuh pada malam itu,masih teringat jelas saat Jum’at malam,malam Sabtu,terdapat ribuan massa di dalam tempurung kepala ku yang bergelayut sejak dari minggu lalu. Setiap langkah yang diiringi kawalan kabut dan hujan yang membasahi tubuhku,pada saat itu aku ragu dan timbul dalam benaku,”Apa lelaki bisa menangis..? karena hal percintaan,”ternyata beberapa detik kemudian maka pecahlah selaput mata ku di dorong oleh lelehan air mata yang mengalur membelah pipi ku,ini bukan sebab cambukan,atau pukulan maha dasyat yang menghempas air mata ku akan tetapi hempasan beban dalam benak ku yang sudah membatu dan mengganjal dalam rongga dadaku membuatku tak kuat menahan beban yang sangat menyedihkan ini. Maka beberapa jam berlalu maka suatu hal itu muncul,yang menjadi keputusan final,dan entah membawa ku kedalam hal yang menjadi awal kebahagian ku karena beban ku dilepas dalam rongga dadaku,ataupun menjadi awal keterpurukan ku layaknya seorang yang tersesat dalam hutan lalu jatuh ke dalam lubang yang dalam dan gelap.hubungan kami telah putus,dan ternyata ini membebaskan beban dalam ronggaku yang membatu sayangnya dalam batu itu telah menempel jantungku sehingga aku sesak dan lumpuh di buatnya. Ku ambil secarik kertas dan bolpoint,dan kutulis sebuah surat.. Untuk mu Trianandita Septiandina Anggita Tak terasa oleh ku 1 bulan genap 12 hari,atau42 hari oleh ku bersama mu,entak kenapa dalam jiwaku aku bertanya seribu pertanyaan,meminta sebuah alasan untuk menuntaskan dahaga dalam dadaku.. Ya sebuah pertanyaan dan memelas sebuah alasan,kenapa dirimu menninggalkan ku tanpa belas kasihan dan tanpa secuil alasan kau meninggalkan ku..? Kau buat ku berfikir tak sudikah aku menghirup alasan atas malangku ini..? Membiarkan aku merana bagaikan Pengembara padang pasir yang mengharap akan danau di ujung matanya,dan ternyata itu hanya ilusi Fatamorgana biasa..? Biarlah engkau tinggalkan aku,karena aku mahfum diri atas diriku 23 November 2013 Ku ambil kunci sebuah kotak kayu,yang terdapat dua bilah gigi besi untuk mencantolkan gembok disana,ku buka gemboknya lalu ku buka mulut kotak itu,lalu ku taruh Surat yang baru aku tulis tadi,dan menutup kembali kotak kayu itu dan tak lupa menguncinya dengan gembok yang berwarna kuning keemasan yang agak pudar dan berkarat,dan ku taruh dalam lemariku tepatnya di balik baju bajuku. Tak lupa berdo’a sebelum membaringkan tubuhku untuk terlelap dan tenggelam dalam alam tidur ku,dan ku rasakan seakan aku tidak akan pernah bangun kembali,rasanya semua akan mati. Peradaban Dalam Nalarku Sebuah mimpi membangunkan ku,dimana aku bermimpi melihat mantan pacarku yang sedang tersenyum padaku,senyuman yang manis dan tetapi kini telah menjelma menjadi sabel yang menghujam ulu hatiku,menikam bilik jantungku.Aku melirik jam dinding dan ternyata jarumnya menunjukan pukul 05:16,aku berdiam diri sejenak mengumpulkan potongan rohku yang berceceran dalam alam tidurku,setelah semua roh dan pandangan ku kembali,segera aku menyambar Air wudhu yang dingin merembes dalam pori pori kulitku,yang mungkin hampir membuat orang orang menjelma menjadi krupuk yang kedinginan lalu menciut,segera ku tunaikan perjanjian diriku atas Tuhanku,membiarkan kepalaku bersujud hina bersama seluruh alam semesta jagad raya yang bertasbih atas garis edarnya. Setelah itu aku mandi,mengenakan seragamku,pamit pada orang tua ku juga yang tak kulupa dari semua kebiasaan lupaku yang parah seperti pengidap Alzhimer yang biasa di derita oleh orang orang manula,adalah meminta ongkos sekolah,lalu setelah itu aku bersiap berangkat menuju sekolahku. Di kendaraan umum dan puluhan kendaraan umum juga pengguna jalan raya terdapat ratusan,bahkan puluhan ribu orang yang masing masing mempunyai tujuan pada pagi itu yang harus ia lewati dan selesaikan babak babak itu pada hari itu juga.Aku mempunyai tujuan ke sekolah ku untuk menuntut ilmu disana,dan entah kena babak rintangan pada hari ini begitu berat dimana semangat ku hilang,hilang bagaikan hilangnya cahaya dari lentera yang padam. Hiruk pikuk kelas dengan sejuta topik obrolan,gossip yang selalu di sahutkan oleh para siswi yang mengumpul di pojok kelas,dan seribu satu permasalahan yang di lontarkan para siswa,aku merasa bagaikan orang yang tersisih di peradaban besar,dimana antara peradaban sejuta topik oleh peradaban siswi,dan seribu satu permasalahan perdaban siswa,akan tetapi kedua peradaban itu tak tahu,di dalam tempurung manusia yang lebih kompleks dari batasan semesta, diriku membuat perdabanya sendiri,peradaban kesedihan,ratapan,lamunan Kesunyian,kesendirian,dan ribuan ke yang membubuhi jutaan kata kegalauan. Jutaan ajakan dan tolakan saling bersahutan antara mulutku dan temanku yang mengajakaku untuk pergi ke kantin sekolah,akan tetapi,aku hanya menjawab “silahkan saja kawan,aku tidak ingin menggeser atau mengangkat tubuhku dari kursi ini,”ucap ku dramatis ,maka itu juga yang membuat jutaan komentar atas tolakanku,mulai dari yang pengertian,hardikan,sampai terror pembunuhan,pikirku mungkin dalam hati yang sedikit agak Hiperbol.Entah kenapa aku lebih nyaman di kelas ini dan membuat peradaban kesedihan dalam benakku sendiri atau aku takut untuk melihat senyuman manis mantan pacarku,yang melontarkan jutaan pedang sabel tepat pada bilik jantungku,entahlah aku rasa lebih nyaman menghirup udara atmosphere kelas ini disbanding harus memanggang tubuhku di udara atmosphere di luar kelas. Maka lunaslah pelajaran yang amat membosankan dengan ditandai umbul umbul jeritan bell di seluruh penjuru mata angin sekolahku,maka jutaan sorak uforia meledak dimana mana,entah dengan berbagai lapis alasan,mungkin karena habisnya pelajaran membosankan,panggilan jam biologis,ataupun ingin segera menyerahkan jiwanya pada sang pencipta.Maka aku keluar kelas membiarkan tubuhku di panggang udara atmosophire luar kelas untuk segera pergi ke masjid,dengan langkah cepat karena aku tidak ingin melihat senyuman manis pedang sable menghujam bilik jantungku,maka sekilas orang mengira aku orang yang terbakar celananya dan ingin segera ke kamar mandi untuk mencelupkan bagian bokongnya ke bak yang penuh limpangan air. Setelah menyambar air wudhu aku segera masuk ke masjid dan disana aku merasakan sejuknya atmosphere dan lebih nyaman dari atmosphere kelas ku saat aku membuat perdaban dalam tempurung kepalaku,sehingga aku tak ingin kembali ke kelas,akan tetapi aku masih mempunyai hutang piutang pembelajaran dengan guruku,Aku melafalkan ikamat sebagai tanda akan di gelarnya ritual suci menyerahkan jiwa dan raga untuk di persembahkan dengan persujudan bersama semesta dengan garis edarnya,setelah aku shalat Dzuhur aku memanjatkan Do’a dan mencurahkan atas semua getirku mempersembahkan keluh kesah dalam peradaban di otaku,karna aku yakin Allah maha mendengar dan mengetahui walau sebesar biji dzarah yang kering di sela sela bebatuan gurun. Dan akhirnya hari itu berakhir dengan aku pulang ke rumah dengan kawalan awan jingga di horizon barat dan, semilir angin basah sebagai tanda hujan akan deras nanti malam. Pelampiasan Hari itu sama saja seperti kemarin,aku tetap saja larut dalam peradaban ku sendiri.Aku hanya bermurung diri,tersisihkan dari hirup pikuk kelas sebelum guru datang mengetuk kelas,yang nyatanya sudah hampir 20 menit jam pelajaran hilang ditelan canda para siswa dan,para siswi. Tiba tiba sebuah ketukan membangunkan ku dari peradaban,dan juga ribuan peradaban yang terlontar di kelas ini,sesekali terdengar ocehan siswa yang mengutuki datangnya guru ke kelas ini. Guru itu mengabsen satu persatu siswa dan,siswi di kelas ini yang sebelumnya ia berkilah menjelaskan kenapa ia telat mengajar,”selalu saja begitu”,batinku.Akhirnya sampai juga namaku di sebut ,”Muhammad Renaldie el Gibran..!!”,teriaknya di depan kelas,sekelebat aku acungkan tangan dengan sisa semangatku untuk mengangkan otot bisep dan trisep yang melekat pada tulang tanganku. Sedari tadi guru tadi menerangkan materi yang di ajarkan di depan kelas,beberapa siswa siswi yang duduk di depan memperhatikan suara yang di lafalkan sang guru,juga beberapa siswa siswi hanya mengobrol asik tentang celotehan,dan sedangkan aku..?,aku hanya menulis puisi yang ku beri judul Lentera Ku Kau lentera dalam gelapku… Lentera yang menemani dalam ketakutanku… Dan,cahaya yang mengucur dari Lentera pun itu padam.. Gelap… Hanya gelap….. Gelap yang tersisa…. Aku diselimuti kabut kesengsaraan yang pedih,dan menggiringku Lembah kesendirian,yang penuh dengan angin temaram menusukan kesunyian.. Engkau adalah lentera yang digenggam dewi Libra…. Renaldie el Gibran. Aku masukan secarik kertas puisi ku tadi dalam saku,untuk disimpan dalam kotak kayu nanti.Bell berdecak kencang di atmosphere sekolah menandakan pelajaran yang membosankan ini berakhir,dan mungkin akan disambung kembali dengan pelajaran yang membosankan lagi,bagiku saat ini semua pelajaran begitu membosankan. Setelah semua pelajaran lunas,maka tibalah jeritan bell yang agaknya sebentar lagi disambut euforia yang membumbung dari berbagai penjuru kelas,entah itu siswa Scienties ataupun Socialis.maka aku pun memutuskan untuk pergi ke sebuah warung internet sebelum aku pulang ke rumah,di Twitter,facebook aku menulis getir,keluh kesah,bebanku di dunia maya,sepintas dunia maya bagaikan tuhan kedua untuk mencurahkan keluh kesah dalam hati,sedangkan Tuhan akan memberikan pertolongan atas keluh kesah kita,tetapi Twitter ataupun Facebook tidak memberikan mu pertolongan,bahkan mendapatkan cercaan dari komentar orang lain,karena di anggap cengeng.Disini aku menemukan Paradoks dalam hidupku,manusia pada zaman mutakhir lebih senang memanjatkan doa,keluh kesah,dan getirnya di dunia maya dibandingkan dengan Tuhan yang maha mendengar.Tetapi akhir akhir ini aku membuat blog untuk semua coretan,puisi,hipotesa,dan ide ku disana. Dan juga aku medapat teguran kecil dari Tuhan karena lebih sering mengadu kegetiran ke dunia maya di banding pada dirinya,akhirnya mata ku menderita Miopi yang berbeda di kedua mataku walau hanya dalam skala lensa yang rendah,secara ilmiah mungkin paparan radiasi layar Computer yang menghujam kedua mata ku. Hingga akhirnya aku harus menggunakan kaca mata untuk mengatasi kesenanganku bersemayam di warung internet,agar paparan radiasi Computer tidak memperparah Miopi ku.Inilah pelampiasan atas kegalauanku. Jurit Malam Beban di punggungku semakin berat saja,berat karena harus menggendong semua peralatan di dalam ranselku,jalanku semakin terkatung katung saja semua karena beban hati dan juga ditambah beban ransel,akhirnya penderitaan ku semua selesai karena telah sampai di rumah kawanku yang sebagai tempat kumpul sebelum berangkat ke tujuan,semua perlengkapan di periksa,dan benar saja ada beberapa benda vital yang tidak terbawa olehku,seperti piring,dan gelas,sekilas aku berfikir ,”makan menggunakan apa disana..?,apa menggunakan daun pisang atau daun pohon jati layaknya manusia yang tinggal di hutan?,”. Kami pergi ke tujuan menggunakan sebuah truck berwarna merah,sekilas seperti truk sampah ataupun truck untuk mengangkut ternak.setelah 2700 detik di atas truck seperti binatang ternak akhirnya kami sampai di sebuah pondok di atas bukit di tempat yang amat terpencil,mendengar nama tempatnya pun membuat kita akan berfikir sedikit hiperbol “nama desa yang aneh,mungkin berisi penduduk beraliran sekte sesat penyembah tokek”.tetapi dihadapan kami terlentang pemandangan indah perkawinan ciptaan Tuhan dan buatan manusia saat malam terbit.Akhirnya malam pun terbit maka lembayung jingga bersemu orange dengan sedikit aksen merah terlukis di horizon barat,tanda adzan bangkit dari massanya maka sebagai insan muslim dan tanda seorang lelaki islam yang ka’fah maka kami sambut cucuran air wudhu yang setiap tetesan yang jatuh ke tanah akan menjelma menjadi malaikat yang akan bersaksi di hari yang Ghaib,kami bersujud di pandu sang imam menghadap kiblat dengan pemandangan dinding yang cantik dan bukanlah ilusi tipu fatamorgana,dimana kerlip lampu buatan ide Thomas alva edison beradu dengan kerlip lampu semesta ciptaan Tuhan yang esa. Terpal di kibarkan untuk menghalau terpaan angin lembah yang bisa saja menusuk tulang dan meruntuhkan daging,kami terlelap di pelataran pondok,menunggu esok menjatuhkan mentari di ufuk timur. Akhirnya esok pun terkibar,kami melaksanakan kegiatan outbond di bawah garangan matahari membuat kulitku dari berwarna sawo busuk menjadi sehitam Ebbony.Badanku semuanya gatal,apabila aku menggaruk badanku yang gatal maka sekilas akan terpajang pemandangan kebo iwo menggaruk badan seperti layaknya legenda buta dalam hikayat orang orang dewata.Maka aku turun menuruni lembah kecil menuju kamar mandi di masjid penduduk membersihkan Bacteria yang sebentar lagi membuat gatalku mengganas dan bau badan yang mencekik.Badanku terasa segar dan setelah menyambut air wudhu aku mendirikan sholat bersama teman temanku dengan berjamaah. Maka tak terasa Hujan warna yang indah menggelayut di kanvas Tuhan yang terbentang,maka semua kegiatan berakhir sudah.Entah kenapa aku sedari tadi merasakan getaran aneh dalam dadaku sesuatu yang Absurd bersarang dalam hatiku apabila matanya menusuk kedua belah mataku,dan senyumnya layaknya mantra Symalam yang membius sukmaku,membuat telingaku berdiri,hidungku terbang entah kemana,dan namanya indah bagaikan Hulubalang peri di seluruh kayangan,kalau tidak salah terka namanya adalah Alfia ananda Darmawan,nama yang membuat malam ku ini terasa begitu terang,terasa dihujani cahaya bintang. Ku lihat kanvas tuhan yang tergelar di atas ubunku,dimana rajutan bintang berkerlap kerlip,menyusun kebesaran sang maha pencipta,Rasi bintang Andromeda dan venus di barat merancaukan kebesaran tuhan,dan semilir angin lembah yang membawa wewangian Gymnospermae dari dahan Eru Casuarina yang berjejer rapi merias lembah lembah di hadapan ku,aku begitu bahagia saat ini. Ketika tengah malam berdiri saat kawanku tenggelam dalam setiap alam bawah sadarnya dan ketika roh bereka melayang menjelajah fantasi sebelum mentari menggeliat,aku tak bisa tidur,rasanya mataku begitu lelah untuk tertidur,maka aku ambil pena dan secarik kertas dalam semak ranselku,lalu kutilis puisi atas bahagiaku. Rajutan Malam Saat hembus rasi bintang berdiri sebelum tenggelam di jihat timur… Sebelum cahaya venus hilang dan hancur… Malam ini aku dibuai indahnya senyuman… Senyuman layaknya syimlam yang menyihir jiwa ku menjadi lumpuh… Biarkan aku menyelami dalamnya senyummu.. Leguh diriku menjadi mozaik dalam hati mu…. 29 Desember 2013 Untuk mu Alfia Ananda D. Ku taruh secarik puisi ku dalam ranselku,karena akan ku taruh carikan puisi ini dalam kotak,kotak kayuku.Ku baringkan badanku,ku biarkan roh ku terlepas dari ragaku,biarkan rohku tenggelam nalam mimpiku,sampai ayam berkokok,laksana serunai nafiri menyambut sang fajar siddiq. Aku hanya merasakan baru beberapa saja aku terlepas dari roh ku,aku sudah dibangunkan bersama kawanku yang lain,kami berbaris dengan eloknya di tengah selimut angin lembah malam yang begitu ganasnya menusuk tulang kami,merontokan daging.Kami satu persatu di panggil,dan kelompokku yang pertama kali memerawani trek mencekam ini,yang pertama teman sejawat ku Dillah,lalu yang kedua aku ,“Renaldie yang selanjutnya,” beberapa saat aku meleguk syarifa kedalam tenggorokan ku,ku basuh wajahku dengan air yang dingin seketika darah dalam tubuhku mengalir deras pada otakku,dengan hanya di terangi secarik pelita lilin aku menyiangi jalan berbatu yang ditirai gelap,akan tetapi rasa dingin menusuk tulang merontokan daging mengalahkan rasa takutku,pos demi pos ku lewati,dan sampai akhirnya aku sampai kembali dengan selamat tanpa sehelai rambut kurang dari kepala ku,dan juga sampai kawan ku yang terakhir mengakhiri pesta malam ini.akhirnya kami membakar gunungan kayu menjadi api unggun yang hangatnya menyelimuti kulit kami,disana kami tersenyum puas penuh kemenangan. Sampai akhirnya acara kami tuntas dengan sejuta rajutan kenangan yang indah,dan kami harus pulang dari bukit yang indah ini,dan aku pulang bersama kawanku dengan truck,sama seperti kemarin yang layaknya hewan ternak yang hendak di transaksikan di kota,dan pulangnya diriku dihiasi perpisahan dengan senyum seseorang yang seperti senyum hulubalang para peri,layaknya opium yang menawan.dan tulisan pada truck yang membuat ku tersenyum geli,yakni “SELAMAT TINGGAL KENANGAN”. Peradaban baru. Saat embun menetes dari dedaunan yang hijau disipu kabut dan cahaya matahari yang menyusup dari balik awan yang beranak anak,menambah keindahan hari yang memenuhi rongga batinku,sama seperti hari hari ku yang telah lalu dengan kesibukan yang sama,akan tetapi hari ini begitu berbeda. Benar pepatah para pujangga ahli nazam,bahwa “Cinta adalah sesuatu yang amat kejam,merampas kewarasan dengan sentuhan sihirnya,akan tetapi bisa menjadi tenung yang membuat kita menderita seribu malam”,.Aku sekarang sibuk membuat peradaban yang baru,berbeda dengan peradaban yang ku buat saat jiwaku hancur saat lalu,kini roh ku melayang di atas semua khayalku,jiwaku menyatu kembali dan bangkit dari air mata ku yang jatuh ke tanah,begitu indah yang namanya cinta. Kawanku menganggap aku kasibat,istilah yang digunakan oleh masyarakat sunda untuk orang yang di jahili atau diikuti oleh mahluk halus atau sesuatu yang ghaib,karena mereka melihat diriku selalu tersenyum sendiri,mereka tidak tahu kalau diriku bukanlah di jahili mahluk ghaib tetapi aku tertimpa yang ghaib,-ya itu adalah adalah cinta ! sesuatu yang ghaib,yang tak bisa di sentuh akan tetapi hanya bisa dirasakan oleh masing masing insan. Ku lalui setiap pelajaran yang guru jabarkan di muka kelas,aku merasa semua pelajaran menyenangkan,tidak ada yang membosankan,bahkan aku merasa waktu begitu berputar sangat cepat,aku tidak melihat orang pendek yang ada hanyalah orang yang kurang tinggi,aku pun tidak melihat orang jelek yang ada hanyalah orang yang merelakan wajahnya untuk mengakui wajah orang lain agar lebih tampan ataupun cantik dari dirinya,saat hujan turun bukanlah suatu masalah yang membuat orang susah dalam berbuat akan tetapi hujan adalah suatu rahmat yang jatuh dari langit dan membasahi tanah yang kering,Begitu ajaibnya Cinta. Seminggu waktu berselang,aku mendapatkan nomer telephonenya,seperti lazimnya orang yang sudah meleguk tuak asmara kami berkirim pesan.Rasanya apabila tidak mendengar dering pesannya hati ku begitu gelisah,berdebar seperi pesakitan menunggu vonis di muka sidang. Berkirim Pesan Semua getir dan bahagiaku akan selalu ku ceritakan pada seorang saudara ku,saudara yang tak bertalikan darah,sahabat yang ku anggap sebagai saudara ku,dia adalah Budi,dia lah motivatorku,penyimpan semua pilu ku,dia juga yang mengetahui sakitnya nafasku saat mantan kekasihku meninggalkan ku.Maka mustahil baginya tidak meleguh kisah yang menimpa diriku,bahwa aku telah berkirim pesan dengan seseorang yang bernama Alfia,nama hulubalang para peri khayangan. Akhirnya usai juga kami berlatih,membuat keringat ku bercucuran di garang matahari,tiba tiba aku mendengar suara yang membuatku nafasku tercekat ,“Kak ini,aku kembalikan,” rupanya dia ingin mengembalikan benda yang ia pinjam,tahukah kau kawan benda yang dipinjamnya itu harus aku beli berkeliling pertokoan pada jam menjelang malam,dibuatnya gelisah aku oleh benda itu.Ku ambil benda itu,dan kulihat tatapannya,tatapan yang membuatku kehilangan kata dalam otakku,dan lidahku kelu membeku,tatapan yang tepat menusuk bilik jantungku.”Iya sama sama”,tiba tiba aku ingin beranjak dari tempat itu,aku merasa seperti ada api memanggang telapak kaki ku,aku tidak bisa mengatakan kata lain selain kata tadi,aku rasakan diriku bukanlah lelaki sejati yang berani berdiri tegak tanpa kelu di hadapan wanita,aku hanya bisa berujar lugas hanya dalam pesan,hanya dalam pesan !. Awal Dari Perihku. Aku rasakan bahwa hatiku tidak bisa membendung derasnya desir cintaku,aku tak ingin cintaku membatu menjadi sembilu menusuk bilik jantungku,Akhirnya aku putuskan pada hari Ahad untuk mengatakan perasaan ku,apapun yang terjadi itu. Akhirnya setelah lunasnya semua pelajaran pada hari itu,aku lantas mengganti pakaian ku,dengan pakaian yang lebih elastis tidak mudah sobek,karena aku pernah mengalami celana pramuka ku sobek di bagian selangkannya karena menggunakannya untuk latihan,akhirnya dimulailah latihan kami,akan tetapi aku sedikit heran,”bukankah dia sudah jarang mengikuti Ekstrakulikuler ini.?’,batinku,akan tetapi kehadiranya begitu mengganggu batinku,ku usir prasangka itu jauh jauh,sampai begitu jauh hingga aku tidak menyangka hal itu terjadi. Peradaban ku runtuh. Angin yang menari membelai wajahku yang sendu,menghiburku jiwa ku yang baru saja jatuh ke lembah yang gelap,seakan akan Malaikat pengutus angin mengetahui sedihku. Ternyata kemarin hari,adalah hari yang menyenangkan bagi beberapa orang dan menjadi bahan deritaku yang membendung,dan sekarang bendungan itu hancur dan jebol menyeret ku dan,menenggelamkan semua peradaban ku yang indah menjadi puing puing angin. Ternyata wanita itu menjalin hubungan yang romance dengan seorang lelaki yang ku temui dan kusangka kemarin hari.Hancur semua angan ku,rusak dinding hati ku,terhujam bilik jantungku,pecah semua darah pada nadi ku,aku bagaikan malang memakan hati berulam jantung,menyesap madu bercampur racun,lemas semua sendi tulang ku,goyah gontai langkah ku,pahit rasanya meneguk syarifa dalam tenggorakan ku,rasanya aku bagaikan mahluk yang di tinggal bahtera Nuh,semuanya sepi,gelap,klise,mati semua tulang saraf dan panca indra ku. Ku kirim pesan,ku ucapkan selamat,selamat atas hubungan romance dengan kekasihnya secara tersurat,akan tetapi mereka tidak tahu dan,tidak mengetahui pesan tersirat yang ku kirim pada mereka.Biarlah mungkin aku hanya beberapa potongan kemalangan dalam rekam takdir atas tinta Lauh mahfuz yang di catat dan di sebar pada benih adam di bumi.Ku ambil sebuah pena dan kertas dan ku tulis sebuah puisi. Cahaya malam ku Saat cahaya membasuh jasadku yang terkapar di balik gunungan lumpur.. Hingga jiwaku yang bersemayam dalam serpihan angin,menyatu dan bangkit kembali.. Rohku yang telah pudar melekat pada tulang rusuku,menghembus kehidupan ku kembali.. Akan tetapi malam merampas cahaya ku.. Hingga sekarang aku bangkit dengan takut di hujan malam.. Untuk mu Alfia. Ku ceritakan kisah malang ku pada sahabatku,dan penyakit yang merenggut ketahanan tubuh ku,begitu takzim dan mahfumnya sahabatku atas getir ku,sahabat ku hanya memberikan pacuan semangat hidup untuk ku akan tetapi tidak bisa menopang terangnya jiwa ku yang terus redup. Ku ambil sebuah pena dan bolpoint dan ku goreskan getir ku di atasnya,setelah selesai, ku ambil kotak kayu dan ku taruh di dalamnya yang mulai penuh dengan carikan kertas. Surat Terakhir. Sahabatku sekarang sedang terkulai di rumah sakit sana setelah beberapa hari lalu di temukan tersungkur di atas meja kamarnya dengan memegang sebuah kotak kayu dan,dalam keadaan hidung yang mengucurkan darah yang telah mengering. Sahabatku renaldie telah hampir 4 hari dalam keadaan koma,di tunggui 86400 detik setiap harinya oleh sanak keluarganya,beberapa kawan saling bergantian menengok kawan mereka yang bernama “Muhammad renaldie el Gibran” kawan mereka yang menempati absen ke-37 pada tata nama kelas.sedih benar air muka kawan sahabatku yang silih berganti menengok kawan mereka yang koma selama 4 hari,maklumlah bila tiada sahabatku di kelas mereka, sepi benar tiada terdengar canda dan suaranya memenuhi dimensi kelas.akan tetapi pada hari ke-7 tepatnya hari Jum’at terdengar kabar duka cita dari pemilik nama “Renaldie” ini karena sahabatku ini telah wafat.Terkirim pesan menyebar pada seluruh kekawan sekolah yang berisi “Inalilahi wainalilahi Ro’jiun,Sahabat kita yang bernama Muhammad Renaldie el Gibran telah wafat pada hari jum’at,tepatnya pukul 15:00 WIB,tak dapat di tebak tak dapat dikira takdir merampas salah satu sahabat kita yang begitu kita kenal,semoga Allah selalu menempatkan pada tempat yang layak di sisi-Nya Aamiin”. Banyak orang berkumpul di sebuah tempat,yakni di kelas sahabat ku,ingin mendengarkan semua riwayat dan kisah tentang almarhum sahabat ku,terdengar pertanyaan yang menubruk ku “Budi terangkan sebuah cerita tentang sahabat kami”.Aku mulai bercerita “ pada sebelum kematian menjemputnya,ia membuka matanya secara perlahan,sesekali matanya yang seakan akan jatuh dari pangakalnya melirik atmosphere di sekelilingnya,lalu menghembuskan nafas nafas yang berat,ya berat dibebani sakit pada tubuhnya dan mungkin sakit yang membebani pada dinding hatinya,lalu menarik nafas seperti menarik secuil kehidupan pada cuping hidungnya,alat pengukur detak jantung tiada hentinya menunjukan kurva hidupnya”,sejenak ku mengingat kejadian haru itu,lalu ku teruskan berkisah “ lalu dia melirik pada ku,dan seakan akan matanya menyuruh tubuhku mencondongkan padanya,dan meminta diriku memberikan telinga menentang bibirnya,lalu ia berkata “Sahabatku,ku titipkan sebuah kunci,kunci yang bisa membuka sebuah kotak kayu yang ku amanahkan pada mu” setelah ia berkata itu,sepertinya ia meringis kesakitan hebat ,lalu ia memanggilku dengan lirih,segera ku dekatkan telingaku pada bibirnya ,lalu ia berkata “Tuntun aku,berikan aku dua buah pilar surga di telinga ku” ucapnya dengan meminta,ku bacakan kalimattun syahadat 3 kali di telinganya,lalu ia mengikuti nya dengan perlahan,setelah itu tersenyum dengan penuh kegetiran,lalu berhembus nafas yang bersamaan nafas itu membawa keluar roh dalam raganya. Ada surat terakhir yang ia tulis sebelum ia jatuh sakit dan koma’’ .semua orang tertunduk mendengar getir kisah sahabat ku,lalu ku ambil sebuah surat yang almarhum lipat dalam sebuah kotak,lalu kubacakan surat itu SURAT ATAS DENDAM KU Ya Allah ampunilah dosa atas diriku,dosa atas dirinya,juga mereka… Ya Tuhan kabulkan doa atas dendam ku..!!! atas mereka yang membuat getir hidup ku.. Menebus semua titik air mata yang membasahi tanah mu.. meleguh darahku yang pahit..!! yang beredar dalam Nadiku..!! Ya Tuhanku yang maha bijaksana,tolong berilah mereka pelajaran yang amat berharga agar tidak menghujam belati pada dada rusuk orang lain selain rusuk ku.. Ya Tuhan bukakanlah Pintu karma mu..!! Jebloskan mereka di dalamnya..!!! Demi sakit dan hancur jiwaku..!! Hingga tiba suatu massa ,mereka Mengais debu debu jasad ku.. Menggadai Tangis demi serpih jiwa ku… Semua atas dendam ku. Tercengang semua orang atas surat suratnya,setelah dia menutup mata,barulah mereka tahu akan getirnya.Terlihat beberapa orang meleleh air matanya.

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap