Skip to main content

Puisi : Demi Hari Yang Suram

Hari yang suram
Demi malaikat yang berkabung ditujuh lapis angkasa
Menabur kidung pedih yang menyayat hati, merobek telinga
Ku menangis bersusaha menggenggam bayanganmu yang sirna dibunuh cahaya
Demi kata kematian yang kejam
Yang meninggalkan setapak suram

Kupanjatkan doa penuh nestapa
Diiringi lonceng yang sudah tua
Kuakhiri kematian metafora dengan menjemput kematian sesungguhnya

Demi Kayu yang jadi bisu karena api yang menjadikannya abu
Kepergian dan pengkhianatan adalah terkeji dalam dunia
Ketika ia berkata
Aku punya kekasih lain secerah bintang senja
Atau
Aku tak bisa menerima karena kau terlalu baik untukku – Terlalu buruk memang ia pelacur disudut gereja

Hari Yang suram
Hari yang baik untuk pulang
Dipeluk tangan yang Maha terkasih
Kuteguk racun semesta
Luruh dagingku, kering darahku, susut tulangku
Karena Kepergian dan pengkhianatan adalah hal terkeji dalam dunia

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap