Aku hanya ingin mencintaimu melampaui jauh
batas semesta
Dan memelukmu hingga lupa bahwa kita bukanlah
Satu
Merasakan gelombang denyut jantungmu dalam
darahku
Yang berdenyut pelan
Yang berdesir dalam rapuhnya rayapan darahku
Ketika kau pergi, maka nirwanaku punah jua
Bagai seorang pemadat yang kehilangan
pukaunya
Aku gila hingga meregang jiwaku
Kutitipkan rindu melalui nafas ringkihku lalu
diarak angin entah kemana
Rasanya seperti dipeluk Desember
Dingin
Ranggas dan gugur dedaunan pada pohon yang
diam sendirian
Dari seribu baris sajak sajakku
Kutulis rasa rindu bercampur cintaku yang
membunuh
Dengarlah, kuselalu menemukan sebaris namamu
dalam lentingan cahaya yang tak pernah bisa aku raba
Namun rinduku tak pernah berbalas
Maka kuserahkan jiwaku pada Hades yang
menyala
Kuhibahkan ragaku pada jurang suram berisi
jeram ganas penuh jelaga
Dengarlah kekasih hati
Jikalau kau tak bisa membalas rinduku karena
kau telah mati, biarlah aku jemput dirimu di alam lelembut
Dan anggap seribu sajak rindu tadi adalah Do’a
seorang kekasih didalam ratapan pilu
Jikalau kau tak dapat menyambut cintaku karena
kau memang tak mau, biarlah biar kutandaskan cinta serta jiwaku kedalam makam
tanah merah – tempat menyimpan kisah usang dari dulu.
Rumi Tolostoy ( ditulis diwarnet yang panas )
Comments
Post a Comment