Skip to main content

Puisi : Kisah awal hingga akhir

Aku hanya ingin mencintaimu melampaui jauh batas semesta
Dan memelukmu hingga lupa bahwa kita bukanlah Satu
Merasakan gelombang denyut jantungmu dalam darahku
Yang berdenyut pelan
Yang berdesir dalam rapuhnya rayapan darahku

Ketika kau pergi, maka nirwanaku punah jua
Bagai seorang pemadat yang kehilangan pukaunya
Aku gila hingga meregang jiwaku
Kutitipkan rindu melalui nafas ringkihku lalu diarak angin entah kemana

Rasanya seperti dipeluk Desember
Dingin
Ranggas dan gugur dedaunan pada pohon yang diam sendirian

Dari seribu baris sajak sajakku
Kutulis rasa rindu bercampur cintaku yang membunuh
Dengarlah, kuselalu menemukan sebaris namamu dalam lentingan cahaya yang tak pernah bisa aku raba

Namun rinduku tak pernah berbalas
Maka kuserahkan jiwaku pada Hades yang menyala
Kuhibahkan ragaku pada jurang suram berisi jeram ganas penuh jelaga

Dengarlah kekasih hati
Jikalau kau tak bisa membalas rinduku karena kau telah mati, biarlah aku jemput dirimu di alam lelembut
Dan anggap seribu sajak rindu tadi adalah Do’a seorang kekasih didalam ratapan pilu
Jikalau kau tak dapat menyambut cintaku karena kau memang tak mau, biarlah biar kutandaskan cinta serta jiwaku kedalam makam tanah merah – tempat menyimpan kisah usang dari dulu.








 Rumi Tolostoy ( ditulis diwarnet yang panas )

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap