Skip to main content

Ini hanya saduran hati

Seperti halnya sebuah jurang yang tak punya dasar, aku tidak pernah menemukan ujung cerita ini.
Hingga aku sadur kalangan perasaan dalam hatiku, untuk mu...
Kita dalam bumi yang sama, bumi yang sama dipijak, namun aku merasakan kita dalam dimensi berbeda..

Seharusnya sebuah metamorfosa membawa sebuah kesempurnaan, namun ini membuahkan kebingungan, membuatku galau haluan..
Mungkin bukan aku takut melangkah, tetapi aku takut kehilangan engkau yang tak pernah aku inginkan sebelumnya..
Mungkin puisi ini tak akan pernah bermuara sampai kapanpun, karena aku tahu muara puisi ini adalah engkau, engkau adalah puisi puisi ku..
Engkaulah semesta aksara aksara yang kutulis, bilapun Tuhan jadikan langit sebagai kertas kertasku, dan samudra bergolak jadi tintaku. Aku rasa tak pernah cukup..


Aku seperti disebuah cabang... tak tahu harus kemana..
Biarlah hembusan nafas nafasmu membawa salam kematianku...
Tak perlu aku mati dalam peluk ataupun genggamanku, cukup dalam nalarmu saja. Sederhana. Sederhana saja. 
Seperti halnya Tuhan menciptakan Adam dan Hawa ataupun surga serta Neraka yang membara..

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap