Skip to main content

Review Novel Supernova Episode : Gelombang

            Review Novel Supernova episode Gelombang

Penulis : Dee Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Jumlah Halaman : 492 Hal.
Tahun pertama terbit : 2014

Jujur ketika saya aku ketika membaca semua series Supernova, Gelombang lah yang membuat semua pecahan tanda tanya besar saya mulai terangkai. Mulai dari KPBJ, Akar, Petir, Partikel melahirkan sebuah pertanyaan dimana relasi semua itu akan bermuara maka Gelombang menjadi salah satu simpul penting untuk diketahui sebagai perangkai kisah cerita yang ditorehkan Dee lestari.
Novel ini begitu sangat menakjubkan untuk dibaca serta sangat disayangkan bila dilewati dalam list baca anda
Dalam series Supernova episode Gelombang menceritakan tentang seorang Alfa yang berasal dari keluarga berdarah Batak. Alfa terlempar ke Amerika serikat sebagai pendatang haram karena Alberth Einstein dan Issac Newton enggan untuk diajak bekerja oleh kenalan salah satu kenalan dari Ayah Alfa, sehingga Alfa membulatkan tekad untuk terbang ke Amerika dengan tujuan menaikan status keluarga serta pendidikan yang sekan menjadi candu yang terus memacunya.
Jauh sebelum keberangkatan Alfa ke Amerika serikat, Alfa menjadi sangat resah sejak ritual Gondang. Alfa merasakan keanehan yang maraton mengikutinya mulai dari mahluk misterius bernama Si Jagad Portibi serta dua dukun sakti yang memperebutkan dirinya untuk menjadi murid, dan mimpi yang terus mengigitnya ketika tidur yang mengakibatkan jam biologis tidurnya anomali.
Hingga suatu kenyataan terkuak. Satu demi satu mozaik menyatu tentang siapa identitas Alfa sebenarnya. Ia salah satu gugus dalam Supernova. Gugus itu mulai terkuak ketika Alfa hampir tewas disebuah danau. Petualangannya jauh mengembara mulai dari ranah Batak, Jakarta, kawasan apartement yang berisikan gang yang gemar buat ribut di Amerika serikat, sampai ke Tibet.
Karena mimpinya yang liar dan membuat Alfa enggan untuk tertidur membuat Alfa menjadi seorang yang berintelegensi tinggi juga materil yang jauh melambung dari ekspektasinya sejak perantauannya dimulai.

Pemakaian Bahasa

Novel Gelombang banyak menggunakan berbagai bahasa mulai dari Batak, Inggris, Spanyol, sedikit bahasa Korea, serta tentunya bahasa Indonesia. Dan tak lupa menggunakan pemakain bahasa ilmiah serta meminjam frase asing. Untuk tinggak kesulitan bahasa Gelombang jauh lebih mudah dibanding pendahulunya yakni Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Kelebihan dan kekurangan buku.

Dengan kita membaca buku Gelombang membuat kita tergerak untuk berfantasi dan bermimpi serta tidak takut untuk menghadapi kenyataan. Kata kata yang digunakan membuat kita tergerak untuk lebih memahami berbagai percabangan ilmu, membaca Novel ini secara tidak langsung sama dengan belajar buku ilmiah yang bermanfaat untuk pengetahuan. Kekurangan buku ini sangat sedikit, karena beberapa tidak mencantumkan terjemahan di catatan untuk setiap percakapan menggunakan bahasa asing.

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap