Kejadian yang Tom lihat telah menghajar telak Solar
plexus-nya – Sebuah pusat perasaan yang berupa ganglion, berada dipean
aorta dan dibelakang perut, impul sarafnya yang mengirim sinyal pedih ke
otaknya. Membuat semua komponen tubuhnya terasa pahit. Tom segera pergi kerumah
temannya dibilangan Cisarua, kesebuah gang dibelakang pasar yang sempit dan
lampu yang remang. Lolongan anjing pasar menyalak nyalak galak. Tom berjalan
setengah berlari, frequensi nafasnya memburu. Damn ! Hampir aku mati
memeras keringat.
Khafadi menghampiri Tom. Jauh didasar hati Khadafi ada sebuah materi asing yang
menggangu perasaanya. Khadafi menepati janjinya yakni menujukan siapa itu
Adriana. Adriana kaka kelasnya yang pernah naksir saat MOPD, Adriana
mengirimkan sebuah surat berisi puisi. Puisi yang cantik sama seperti Adriana.
Puisi itu tidak mengerakan hati Khadafi satu nanometer pun dan akhirnya surat
itu berlabuh di tong sampah
Ia merogoh telephone genggamnya. Nokia 3310. Dengan lugunya
ia melepas handphone android versi teranyar, Tom terlalu gila dengan cinta.
Jauh melampaui kejahatan sang pujaanya. Ia menekan keypadnya dengan cepat,
menyiangi kontaknya. Ia menelephone nomor temannya yang sekaligus adik
kelasnya. Tuuttt…. Tidak nyambung. Sinyalnya tumbang.
“ Sial, masih saja kesialan ini menimpaku “ Desis Tom dengan nada mengumpat.
Tom memutuskan berteriak memanggil temannya, toh rumah temanya selalu dalam
kondisi tidak ada orangtua temannya, orang tua mereka terlalu sibuk dengan
bisnis kecil yang mereka rintis. Hampir dua puluh tujuh kali Tom memanggil
temannya itu, barulah batang hidungnya muncul dari pintu berukir warna kream
itu.
“ Hai brada, what wrong ? you know you like a shit ! “
“ Bad ! bad ! can I come in ? “ Tom menjawab setengah malas.
“ With pleasue buddy “
“ Okay go away from my way ! “
“ Are you forgot, who the owner here “ Temannya setengah tertawa menohok.
Tom nyelonong dengan kurang ajar.
Suara musik DJ berdentum memenuhi dimensi rumah, Toh mau diputar 24 jam
pun orang tuanya tak akan melarang, sampai dia mati busuk disini karena terlalu
banyak mendengar musik yang tak karuan ini.
Tom menghempaskan tubuhnya disofa coklat berbahan kulit
sintetis ini. Cukup empuk untuk ukuran KW. Kemeja putih itu mulai terlihat
lecek, celana hitamnya tetap saja hitam tak mungkin memutih, sepatunya masih
pentofel mengkilat walau sedikit agak bau busuk karena tadi melewati genangan
di gang. Temannya membawa sebotol Vodka.
“ Minum ? “
“ Gue gak minum Fi “
Khadafi adalah adik kelas sekaligus temannya, ia berkenalan dengan Khadafi di
Club English sekolah. Khadafi adalah sosok yang cerdas, badung, tampan, banyak
disukai wanita, tinggi dan agak kerontang, suaranya cempreng mendayu mirip
bencong menteng. Sangat Paradoks hidupnya.
“ Lu kenapa sih, mukalu kaya orang sinting tau gak ? “
“ Peduli setanlah dengan penampilan gue, pokoknya gue patah hati, gue muak,
sial ! “
“ Udah tenang, mending lu tenangin diri deh, kita hepi sampe subuh, gimana ? “
“ Okaylah, I follow your rule “
“ Gue bikin hepi mau gak “ Khadafi menyeringai.
“ Up to you, what you want make me “
Khadafi melangkah mengambil sesuatu kelantai atas. Musik DJ masih berdentum
keras dan cepat persis seperti genjotan jantungnya.
Khadafi meyeringai kembali saat mengambil sesuatu. Tablet berwarna kuning cerah.
“ Nih minum “
“ Apa nih, paracetamol ? “
“ Udah minum aja, itu akan ngeredain simpul tegang di kepala “ Seringai semakin
lebar.
Tom meminum tablet itu, Khadafi juga tak mau kalah ketinggalan. Mereka
menegaknya dengan satu tarikan nafas.
Tiba tiba ada yang aneh dengan visual Tom, Jantungnya melemah lembut, Tom
merasakan setiap desiran darah dalam pipa nadinya, merasakan stress dalam
setiap ototnya yang berkontaksi, aliran nafasnya tergambar jelas diudara. Indra
pendengarannya menjadi peka. Setiap dentum not dan nada yang chaos dan saling
menubruk dari musik DJ yang sedari tadi mengalun begitu ajaib. Setiap noktah
nadanya berdenyut. Khadafi hanya tertawa tak karuan.
Tiba tiba dalam dimensi ruang itu tercipta sebuah pusar. Menginti dan menarik
setiap partikel menjadi suatu massa tunggal lalu meledak. Begitu indah.
Ledakannya terdiri atas cahaya, dan ledakan itu melahirkan ledakan kecil hingga
seterusnya membentuk sebuah kontinyuitas yang tak terbatas. Tom bulai terbahak.
“ Demi setan, ini momen paling hebat yang pernah ada “
“ Sialnya kau baru mencoba hahaha “ Suara Khadafi menggema.
“ Nama obat ini apa ? “
“ LSD, kau pernah dengar ? “
“ Ah sial, pernah saat guru biologi saya menjelaskan tentang NAPZA. Asam
Lisergat Dietilamida yang bersifat psikedelik “
“ Tololnya kau mengingatnya saat dalam situasi ini “
“ Bye the way, lu dapet darimana ‘remah surga ini’ ? “
“ Itu metafora yang bagus Tom, hmm berarti aku harus cerita masa lalu dong haha
“ tawanya berderai bersama dentuman music.
“ Ceritalah sesuka hatimu “
“ Sekitar seratus tahun yang lalu ayah Opa minggat dari tanah kelahirannya,
China daratan karena perang saudara.. “ Tom merasa dirinya ada dalam cerita
tersebut, setiap tutur kata Khadafi membawanya kedala arus masa lalu. LSD ini
seakan akan menjadi jembatannya untuk mengarungi imajinasinasinya yang seakan
realistis..
“ Eyang dengan nekat mengarungi lautan dengan beberapa orang lain yang hendak
minggat dari china mencari tanah yang dijanjikan.. “
“ Kau pikir itu kisah Talmud ? “
Khadafi tidak mengubris komentar Tom.
“ Ia melintasi laut china selatan lalu memotong kepelabuan tumasik – Singapura
orang sebut sekarang “
Tom seperti melihat patung landmark singapura itu. Nyata.
“ Eyang memutuskan tidak merapat di Singapura, Ia memilih melanjutkan
melewati selat karimata,menuju sebuah pulau tandus yang mengandung timah “
“ Belitong “ Tom menimpali.
“ Kau pintar “ Senyumnya terkembang begitu tampan.
“ Eyang akhirnya menetap disana, Eyang menjadi petani, lalu naik sedikit
menjadi pengepul dan akhirnya membuka toko, Eyang menjadi kaya raya, ia
sekolahkan Opa ke Batavia. Suatu saat tokonya terbakar tanpa sebab. Eyang jatuh
miskin “
“ Tetapi Opa disana hanya main main dan hura hura, ia mempunyai anak hasil
hubungan gelap yakni Ayahku, Opa kembali ke Belitong tapi malah kena murka
Eyang, Eyang yang jatuh miskin tadinya berharap bahwa Opa yang sukses akan
membantunya. Opa kembali ke Batavia “
“ Opa membentuk Imperium bisnis, awalnya dengan menjadi tukang tahu, lalu
membuka toko, membuka segala jenis bisnis, Opa merekrut tukang pukul sebagai
pelindung bisnisnya, Opa menjadi lintah darat, Opa buka bisnis pelacuran, Obat
– obatan, Opa sekolahkan Ayah. Karma menghukum Opa, Ayah pun hanya hura hura
lantas Opa tidak mengusir Ayah seperti Eyang dulu mengusir Ayah. Ayah merintis
bisnis kecilnya dengan pengaruh Opa. Imperium bisnis kotor “
“ Sial tentunya kau mudah mendapatkan benda sial ini “
“ Tentu kawan “
“ Apa kau akan menjadi seperti Ayahmu “
“ Tidak, aku ingin bersekolah di Belanda dan tinggal disana “
“ Jangan bilang karena disana legal ngobat ? “
“ Gak tertarik dengan hukum itu, tapi kebijakan lain “
Hening begitu panjang.
“ Pantas saja wajahmu tampan seperti actor film mandarin “
“ Oh ya kau harus ingat Ibuku masih berdarah Eropa, hmm ini rahasia ya ?
“ Aku slaah satu keturunan Yahudi jerman yang bebas dari genosida keparat
Hitler itu ! “
“ Pantas saja kau pintar sekali disekolah !! “
“ Demi Jehovah !! “
Tawa mereka meletus kembali.
Tiba
tiba terjadi sebuah ledakan maha nyaman dalam kepala Tom, bebannya hancur
bersama ledakan itu.
“ Hahaha semua patah hati gue telah menjadi debu yang berterbangan, husss
semuanya terbang terhisap pada inti itu “ Tom menunjuk sebuah dimensi kosong
yang dalam otaknya benar benar terlukis secara realistis.
“
Mana ? aku hanya melihat kubangan coklat disana, humm manis “
“ Peduli setan, ini indah “
Tiba tiba Khadafi mendekatkan tubuhnya ke Tom. Matanya sayu.
“ Tom entah aku merasa sesuatu yang indah dan nyaman, aku ingin mengatakan ini “
“ Sial aku pun merasa nyaman “ Tom menunjuk pelipisnya – “ katakan saja bedebah
hahaha “
“ Kau tampan sekali, aku mengagumi alis yang macam jembut itu, kau manis sekali
“ Senyumnya tipis di wajah tampannya.
“ Sial kau, aku emmang blasteran padang pasir bodoh “
Tangan Khadafi yang lembut itu membelai wajah Tom, ujung jemarinya menyapu
lembut disetiap lekukan wajah Tom, lalu berhenti dibibir.
“ Semenjak aku melihatmu di English club, jantungku berdenyut hebat “
“ Kau gay ? bedebah hahaha, gue gak tau itu “
“ Maka kuberi tahu sekarang “
“ Benar apa kataku,kau manusia P – A – R – A – D –O –K – S, kau tampan tapi tak
suka perempuan, pantas saja banyak perempuan yang patah hati “
“ I choose you “
Mata mereka menjadi sama sama sayu, nafas mereka semakin berdekatan, wajah
tampan Khadafi dan wajah Tom yang manis hampir bertemu. Tom tiba tiba melempar
pandangan. Itu belum sempat terjadi.
“ Tolol ! Aku masih waras, gue bukan Homo ! “
“ Untuk apa kau mengejar cinta Adriana itu, kau harus jadi miliku !! “
“ Entahlah “
Khadafi memeluk tubuh Tom dengan erat. Wajah tampanya semakin jelas.
Tom melepaskan pelukan itu lalu melangkah kekamar mandi meninggalkan Khadafi
yang masih terlihat memohon. Ia melihat wajahnya di depan kaca. Buram. Kejadian
itu memang sangat memukul hatinya, Ia ingat awal ini terjadi.
Awal tetes tinta kisah.
Sembilan
puluh hari yang lalu
Tom
adalah penulis mading yang kerajinan. Mengirim puisi setiap hari kadang
menggunakan nama asli, Pseudonym, kadang Anonim alias tanpa nama. Suatu saat ia
mengirim puisi yang ditempel sangat pagi disekolah. Lebih pagi dari kabut.
Kau
titik binasa naas kisah sejarahku
Kau
yang mengajaku terbang tanpa sayap hanya dengan khayalan
Terbang
melesat dengan satujuta kecepatan cahaya dijadikan satu dan diikat
Menjadi
tunggal
Kadang
Aku
gila memuja hening acuhmu
Kadang
aku sinting
Menyembah
bising tawamu
Inginku
culik dirimu pulang kepuri di nirwana ciptaanku
Tom
melihat puisinya bersanding dengan sebuah puisi yang tak kalah indahnya. Puisi
itu milik Adriana anak kelas sebelah, belakangan Tom tahu setelah menelusurinya
dituntun rasa penasarannya.
Wahai
kau yang disana diam duduk termangu
Yang
meratapi kisah sedih dukamu
Yang
terus merayakan haru membiru tanpa henti terus membentang terus kontinyu
Datanglah
Kemarilah
Biar
aku peluk dirimu dengan aksara indahku
Tom merasakan ada yang aneh dengan degub jantungnya, darahnya dipompa menjadi
lebih kencang, ada sebuah perasaan abstrak yang tidak dapat didefinisikan,
bahkan oleh angka angka kotretan Khadafi. Seperti
bilangan dibagi nol, tidak ada penjelasannya. Sepanjang
hari ia terus menggumamkan puisi milik Adriana yang misterius itu.
Datanglah
Kemarilah
Kata itu terus berdengung dalam otaknya, kata kata itu seperti memanggilnya
datang, Tomhanya melamun sambil memeutar mutar pensil coklat bututnya yang
sudah tak jelas brand-nya. Guru Biologinya melihatnya setengah heran. Tom
biasanya sangat antusias dalam pelajaran Biologi apalagi bab Evolusi ini. Guru
Biologinya iseng iseng melempar pertanyaan.
“ Tommy !!! “
Tom tersentak, pensil bututnya melayang entah kemana. Zidan tiba tiba meringis.
“ Ya bu ? “
“ Jelaskan missing link antara struktur DNA Primata dan manusia “
“ Missing link itu hilang dan tidak diketahui, masih diteliti oleh para
peneliti, juga tidak terdefiniskan seperti cinta. Missing link itu seperti
loncatan kuantum secara besar besaran dan tidak tercetak dalam double helix
manusia dan primata itu sendiri. Mungkin ada mahluk yang menjadi carrier serta
bukti keberadaan missing link itu, mungkin mahluk itu punah sekitar 150 juta
tahun lalu, sehingga tak akan pernah ditemukan missing link itu ! “
Teman kelas Tom terperangah, terlebih saat Tom menyebut kata cinta. Sejak kapan
teori Evolusi Darwin memiliki relasi anatara cinta dan loncatan kuantum. Guru
Biologinya tersenyum simpul.
Pelajaran pun usai. Tom segera menghambur keluar mencari Khadafi. Perpusatakaan
adalah tempat yang ia cari pertama. Buku matematika, fisika, serta satu buku
tebal yang mengulas Relativitas Einstein ditumpuk dipojok Perpustakaan, ‘ Ruang
kerja Khadafi ‘ Tom menyebutnya. Tom berdecak pinggang.
“ Halo Prof !! “
“ Hah “ Khadafi terkejut.
Tom merebut buku kalkulus dipangkuan Khadafi, Khadafi bersungut marah.
“ Sudah,sudah, dengerin gue “
“ Apa !!? “ Tangannya mencoba meraih buku yang Tom rebut.
“ Lo tau Adriana, anak XII IPA 5 ? “
“ Tau-lah “
“ Tepat, gue tau loe cowo yang banyak dikejar cewe, dan gue datang kedukun yang
tepat “ Tom tersenyum berseri.
“ Okay, to the point “
“ Tunjukin gue yang namanya Adriana ! “
“ Emang kenapa sih “ Khadafi mendengus sebal.
Tom mencolek dagu Khadafi, menggodanya, ini adalah salah satu cara Tom untuk
membujuk Khadafi melakukan sesuatu hal yang ia inginkan. Selalu berhasil
biasanya.
“ Come on baby “ Tom merayu.
Khadafi diam bersemu, ia melihat buku kalkulus dipangkuan Tom.
“ Okay, okay !! Gue tunjukin “
“ Makasih ya sobat “
“ Kebalikan buku itu sialan !! “
Tom menyerahkan buku itu lalu pergi melengos dengan sebelumnya mengacak ngacak
rambut Khadafi. Sang Professor cemberut di ‘ruang kerjanya‘.
Tom mempunyai prinsip yakni ‘Scibo ergo sum’ dengan menulis maka aku ada. Dalam
sel otaknya selalu ada ide dan pikiran yang berkecambuk disana untuk ditulis,
maka ketika Tom diam duduk termangu, maka otaknya bekerja dengan pemahamannya
sendiri. Untung saja tidak ada suara Blower computer setiap saat ia berfikir.
Tapi kemungkinan prinsip itu akan berubah menjadi cum ego non puto‘
Dengan memikirkanmu maka aku ada. Adriana dan bait puisinya memanggil dirinya.
Seperti
tumbukan dua bintang yang menyala dahsyat lalu tercipta peristiwa Supernova,
ledakan yang maha dahsyat memuncratkan sejuta cahaya lalu energinya
menggelombangdan menyapu hening semesta dengan kecepatan yang mengagumkan,
menubruk dan membinasakan setiap apa yang menghalangi arusnya. Seperti halnya
pertemuan dua orang manusia yang melebur dalam satu ikatan cinta, lalu tercipta
suatu momen yang dipenuhi dengan arus yang terus menggema, dipenuhi tsunami
Dophamin dan Endophmine yang menenggelamkan mereka. Arus itu akan membawa
mereka diantara dua pusaran. Kehancuran dan satu hal yang jarang ditemukan. Ada
kesamaan anatar variable peristiwa Supernova dan Jatuh cinta yakni sama sama
indah dan membawa Kehancuran.
Senyum simpul tampannya merekah.
Beberapa siswi lewat sambil berbisik dengan ekor mata mengarah pada Khadafi.
Tom melambaikan tangan. Tunggu teman aku sudah tak sabar.
Tom
merengkuh Khadafi. Pelukang persahabatan tetapi pelukan itu malah membuat hebat
pukulan jantungnya, segera ditepis bayang bayang aneh itu. Dua puluh detik
pelukan itu bertahan.
“ Sesuai dengan imbawan pemerintah,
peluk selama 20 detik untuk Psikologis “ Ucap Tom seraya melepaskan pelukan
itu.
“ Pemerintah yang cerdas “
Seringainya mengembang.
“ Jadi tunjukan siapa mistery guess
kita ? “
“ Sabar sebentar “ Khadafi mendelik.
Mata Khadafi celingak celinguk,
mencari siswi mana yang hendak dia tunjuk. Pilihannya jatuh pada seorang siswi
yang giginya tonggos. Seringai Khadafi semakin meruncing.
“ Yang itu tuh ! “ Tunjuk Khadafi
pada siswi itu.
Ternyata siswi yang ditunjuk Khadafi
menyadarinya, siswi itu menjadi heran dan tersipu sendiri. ditunjuk siswa
paling tampan satu sekolah, satu kecamatan bisa jadi.
Tom segera menghampiri siswi itu. Khadafi
memasang wajah heran. Tiba tiba Tom datang kembali dengan wajah sebal dan
merengut.
“ Pembual kelas setan ! “
“ hehehehe “ Khadafi memasang wajah
paling innocent saat itu. Melihatnya Tom semakin sebal.
“ Namanya itu Sutarsih ! bukan
Adriana tauk ! “
“ Tenang tenang honey, itu cuman intermezzo
hahaha “ Dari satu sekolah yang
beruntung disebut ‘Honey’ oleh Khadafi adalah Tom. Tom berdecak pinggang lalu
menjepit leher Khadafi dengan lengannya.
“ Lepas, lepasin !! “
“ Show to me, who is her ! or you
die asshole ! “ Ucap Tom dengan aksen afro.
“ Okay okay let me breath “ ucap
Khadafi tak mau kalah dengan aksen India medok.
Dilepaslah leher Khadafi. Khadafi
mulai mencari Adriana yang sesungguhnya. Kakak kelas yang pernah mengirimi dia
surat cinta dan tak pernah menggerakan satu nanometer pun.
“ Itu, itu dia !!! Come on hone look
her ! “
“ Mana, mana !! “
Mereka berseru seru seperti melihat
pertandingan Timnas melawan Manchester Unitied. Eloco Gonzales hendak membobol
gawang MU yang kesejuta kalinya.
Adriana melenggang dikoridor,
diantara belasan siswi lain. Senyumnya mengembang diantara keriuhan. Focus
seakan hanya tertuju pada satu titik, senyumnya, senyumnya Adriana. Datanglah
Kemarilah
Relativitas Alberth Einstein
bekerja, peregangan waktu mengambil alih moment ini. Delta T = Delta T0 Dibagi
1 – ( V2/C2) Mungkin yang dialami Khafi hanya sekitar 7
atau 8 detik dalam moment ini, akan tetapi bagi Tom ini sangat lambat, lambat
yang indah. Tom telah melesat dengan kecepatan satu juta cahaya dijadikan satu.
Persis dengan puisinya. Tidak terdefinisi.
Satu tumbukan kulit telapak tangan
Khdafi mengembalikan kenormalan Korteks serebralnya. Pemikiran Tom dipaksa
kembali dari indahnya imaji yang terlukis dalam otaknya. Ia kembali ke momen
kini.
Telah kutemukan kini, dari semua pengelanaanku menyiangi
semesta..
Siapa yang kucari setelah lama kutak menjejak lagi bumi
hatiku..
Mengembalikanku kepada satu keutuhan yang nyata..
Kau, tenyata satu jengkal dari tempat pencarianku, tempatku
melukis aksara, kau pelengkap detik rumpangku
Tom
mengerjap ngerjap, lalu terlukis senyum simpul yang sarat dengan kelegaan.
Adriana telah lenyap diantara kerumunan siswa dan siswi hingga ia masuk ke
kelas, kesebelah tempat observasi karya puisinya. Pensil bututnya akan semakin
ganas menggores karya cinta.
“ Tom..
Tommy Are you okay ? “ Khadafi mengelus pipi Tom. Begitu terasa halus tangan
Khadafi.
Tom diam
saja.
“ Kayaknya
kamu sakit deh “
“ Aku
jatuh Fi “ Matanya sendu menerawang sesuatu yang abstrak.
“ Jatuh
dimana ??!!! Aku bawa ke UKS yah ? “
Tom lepas
tangan Khafi diwajahnya dengan perlahan, lalu matanya menatap mantap seseorang
didepannya. Khadafi ditusuk mata yang sendu.
“ Aku
jatuh cinta “
Hening
rasanya telinga Khadafi, yang tersisa hanya ucapan Tom. Aku jatuh cinta.
Khadafi
membalikan badannya, lalu menekur bumi.
“ Gue
harus ke kelas, sekarang pelajaran Fisika “
Tom
melihat gelagat yang aneh dari sahabatnya, sahabatnya yang menjadi jembatan
pencariannya.
“ Lo masuk
angin Fi ? “
“
Entahlah, kayaknya gue gak enak badan deh “
Sosok
Khadafi lamat lamat menjauh dan menghilang. Wajah tampannya terus menekuri
bumi. Tom menggedikan bahu lalu melenggang kembali sambil tersenyum senyum
sendiri.
Bersambung -
Bersambung -
Comments
Post a Comment