Skip to main content

Imaji yang pupus : Pujangga, mawar, dan badai awan hitam.

            Kejadian yang Tom lihat telah menghajar telak Solar plexus-nya – Sebuah pusat perasaan yang berupa ganglion, berada dipean aorta dan dibelakang perut, impul sarafnya yang mengirim sinyal pedih ke otaknya. Membuat semua komponen tubuhnya terasa pahit. Tom segera pergi kerumah temannya dibilangan Cisarua, kesebuah gang dibelakang pasar yang sempit dan lampu yang remang. Lolongan anjing pasar menyalak nyalak galak. Tom berjalan setengah berlari, frequensi nafasnya memburu. Damn ! Hampir aku mati memeras keringat.
            Ia merogoh telephone genggamnya. Nokia 3310. Dengan lugunya ia melepas handphone android versi teranyar, Tom terlalu gila dengan cinta. Jauh melampaui kejahatan sang pujaanya. Ia menekan keypadnya dengan cepat, menyiangi kontaknya. Ia menelephone nomor temannya yang sekaligus adik kelasnya. Tuuttt…. Tidak nyambung. Sinyalnya tumbang.
            “ Sial, masih saja kesialan ini menimpaku “ Desis Tom dengan nada mengumpat.
            Tom memutuskan berteriak memanggil temannya, toh rumah temanya selalu dalam kondisi tidak ada orangtua temannya, orang tua mereka terlalu sibuk dengan bisnis kecil yang mereka rintis. Hampir dua puluh tujuh kali Tom memanggil temannya itu, barulah batang hidungnya muncul dari pintu berukir warna kream itu.
            “ Hai brada, what wrong ? you know you like a shit ! “
            “ Bad ! bad ! can I come in ? “ Tom menjawab setengah malas.
            “ With pleasue buddy “
            “ Okay go away from my way ! “
            “ Are you forgot, who the owner here “ Temannya setengah tertawa menohok.
            Tom nyelonong dengan kurang ajar.
            Suara musik DJ berdentum memenuhi dimensi rumah, Toh mau diputar 24 jam pun orang tuanya tak akan melarang, sampai dia mati busuk disini karena terlalu banyak mendengar musik yang tak karuan ini.
            Tom menghempaskan tubuhnya disofa coklat berbahan kulit sintetis ini. Cukup empuk untuk ukuran KW. Kemeja putih itu mulai terlihat lecek, celana hitamnya tetap saja hitam tak mungkin memutih, sepatunya masih pentofel mengkilat walau sedikit agak bau busuk karena tadi melewati genangan di gang. Temannya membawa sebotol Vodka.
            “ Minum ? “
            “ Gue gak minum Fi “
            Khadafi adalah adik kelas sekaligus temannya, ia berkenalan dengan Khadafi di Club English sekolah. Khadafi adalah sosok yang cerdas, badung, tampan, banyak disukai wanita, tinggi dan agak kerontang, suaranya cempreng mendayu mirip bencong menteng. Sangat Paradoks hidupnya.
            “ Lu kenapa sih, mukalu kaya orang sinting tau gak ? “
            “ Peduli setanlah dengan penampilan gue, pokoknya gue patah hati, gue muak, sial ! “
            “ Udah tenang, mending lu tenangin diri deh, kita hepi sampe subuh, gimana ? “
            “ Okaylah, I follow your rule “
            “ Gue bikin hepi mau gak “ Khadafi menyeringai.
            “ Up to you, what you want make me “
            Khadafi melangkah mengambil sesuatu kelantai atas. Musik DJ masih berdentum keras dan cepat persis seperti genjotan jantungnya.
            Khadafi meyeringai kembali saat mengambil sesuatu. Tablet berwarna kuning cerah.
            “ Nih minum “
            “ Apa nih, paracetamol ? “
            “ Udah minum aja, itu akan ngeredain simpul tegang di kepala “ Seringai semakin lebar.
            Tom meminum tablet itu, Khadafi juga tak mau kalah ketinggalan. Mereka menegaknya dengan satu tarikan nafas.
            Tiba tiba ada yang aneh dengan visual Tom, Jantungnya melemah lembut, Tom merasakan setiap desiran darah dalam pipa nadinya, merasakan stress dalam setiap ototnya yang berkontaksi, aliran nafasnya tergambar jelas diudara. Indra pendengarannya menjadi peka. Setiap dentum not dan nada yang chaos dan saling menubruk dari musik DJ yang sedari tadi mengalun begitu ajaib. Setiap noktah nadanya berdenyut. Khadafi hanya tertawa tak karuan.
            Tiba tiba dalam dimensi ruang itu tercipta sebuah pusar. Menginti dan menarik setiap partikel menjadi suatu massa tunggal lalu meledak. Begitu indah. Ledakannya terdiri atas cahaya, dan ledakan itu melahirkan ledakan kecil hingga seterusnya membentuk sebuah kontinyuitas yang tak terbatas. Tom bulai terbahak.
            “ Demi setan, ini momen paling hebat yang pernah ada “
            “ Sialnya kau baru mencoba hahaha “ Suara Khadafi menggema.
            “ Nama obat ini apa ? “
            “  LSD, kau pernah dengar ? “
            “ Ah sial, pernah saat guru biologi saya menjelaskan tentang NAPZA. Asam Lisergat Dietilamida yang bersifat psikedelik “
            “ Tololnya kau mengingatnya saat dalam situasi ini “
            “  Bye the way, lu dapet darimana ‘remah surga ini’ ? “
            “ Itu metafora yang bagus Tom, hmm berarti aku harus cerita masa lalu dong haha “ tawanya berderai bersama dentuman music.
            “ Ceritalah sesuka hatimu “
            “ Sekitar seratus tahun yang lalu ayah Opa minggat dari tanah kelahirannya, China daratan karena perang saudara.. “ Tom merasa dirinya ada dalam cerita tersebut, setiap tutur kata Khadafi membawanya kedala arus masa lalu. LSD ini seakan akan menjadi jembatannya untuk mengarungi imajinasinasinya yang seakan realistis..
            “ Eyang dengan nekat mengarungi lautan dengan beberapa orang lain yang hendak minggat dari china mencari tanah yang dijanjikan.. “
            “ Kau pikir itu kisah Talmud ? “
            Khadafi tidak mengubris komentar Tom.
            “ Ia melintasi laut china selatan lalu memotong kepelabuan tumasik – Singapura orang sebut sekarang “
            Tom seperti melihat patung landmark singapura itu. Nyata.
            “  Eyang memutuskan tidak merapat di Singapura, Ia memilih melanjutkan melewati selat karimata,menuju sebuah pulau tandus yang mengandung timah “
            “ Belitong “ Tom menimpali.
            “ Kau pintar “ Senyumnya terkembang begitu tampan.
            “ Eyang akhirnya menetap disana, Eyang menjadi petani, lalu naik sedikit menjadi pengepul dan akhirnya membuka toko, Eyang menjadi kaya raya, ia sekolahkan Opa ke Batavia. Suatu saat tokonya terbakar tanpa sebab. Eyang jatuh miskin “
            “ Tetapi Opa disana hanya main main dan hura hura, ia mempunyai anak hasil hubungan gelap yakni Ayahku, Opa kembali ke Belitong tapi malah kena murka Eyang, Eyang yang jatuh miskin tadinya berharap bahwa Opa yang sukses akan membantunya. Opa kembali ke Batavia “
            “ Opa membentuk Imperium bisnis, awalnya dengan menjadi tukang tahu, lalu membuka toko, membuka segala jenis bisnis, Opa merekrut tukang pukul sebagai pelindung bisnisnya, Opa menjadi lintah darat, Opa buka bisnis pelacuran, Obat – obatan, Opa sekolahkan Ayah. Karma menghukum Opa, Ayah pun hanya hura hura lantas Opa tidak mengusir Ayah seperti Eyang dulu mengusir Ayah. Ayah merintis bisnis kecilnya dengan pengaruh Opa. Imperium bisnis kotor “
            “ Sial tentunya kau mudah mendapatkan benda sial ini “
            “ Tentu kawan “
            “ Apa kau akan menjadi seperti Ayahmu “
            “ Tidak, aku ingin bersekolah di Belanda dan tinggal disana “
            “ Jangan bilang karena disana legal ngobat ? “
            “ Gak tertarik dengan hukum itu, tapi kebijakan lain “
            Hening begitu panjang.
            “ Pantas saja wajahmu tampan seperti actor film mandarin “
            “ Oh ya kau harus ingat Ibuku masih berdarah Eropa, hmm ini rahasia ya ?
            “ Aku slaah satu keturunan Yahudi jerman yang bebas dari genosida keparat Hitler itu ! “
            “ Pantas saja kau pintar sekali disekolah !! “
            “ Demi Jehovah !! “
            Tawa mereka meletus kembali.
 Tiba tiba terjadi sebuah ledakan maha nyaman dalam kepala Tom, bebannya hancur bersama ledakan itu.
            “ Hahaha semua patah hati gue telah menjadi debu yang berterbangan, husss semuanya terbang terhisap pada inti itu “ Tom menunjuk sebuah dimensi kosong yang dalam otaknya benar benar terlukis secara realistis.
 “ Mana ? aku hanya melihat kubangan coklat disana, humm manis “
            “ Peduli setan, ini indah “
            Tiba tiba Khadafi mendekatkan tubuhnya ke Tom. Matanya sayu.
            “ Tom entah aku merasa sesuatu yang indah dan nyaman, aku ingin mengatakan ini “
            “ Sial aku pun merasa nyaman “ Tom menunjuk pelipisnya – “ katakan saja bedebah hahaha “
            “ Kau tampan sekali, aku mengagumi alis yang macam jembut itu, kau manis sekali “ Senyumnya tipis di wajah tampannya.
            “ Sial kau, aku emmang blasteran padang pasir bodoh “
            Tangan Khadafi yang lembut itu membelai wajah Tom, ujung jemarinya menyapu lembut disetiap lekukan wajah Tom, lalu berhenti dibibir.
            “ Semenjak aku melihatmu di English club, jantungku berdenyut hebat “
            “ Kau gay ? bedebah hahaha, gue gak tau itu “
            “ Maka kuberi tahu sekarang “
            “ Benar apa kataku,kau manusia P – A – R – A – D –O –K – S, kau tampan tapi tak suka perempuan, pantas saja banyak perempuan yang patah hati “
            “ I choose you “
            Mata mereka menjadi sama sama sayu, nafas mereka semakin berdekatan, wajah tampan Khadafi dan wajah Tom yang manis hampir bertemu. Tom tiba tiba melempar pandangan. Itu belum sempat terjadi.
            “ Tolol ! Aku masih waras, gue bukan Homo ! “
            “ Untuk apa kau mengejar cinta Adriana itu, kau harus jadi miliku !! “
            “ Entahlah “
            Khadafi memeluk tubuh Tom dengan erat. Wajah tampanya semakin jelas.
            Tom melepaskan pelukan itu lalu melangkah kekamar mandi meninggalkan Khadafi yang masih terlihat memohon. Ia melihat wajahnya di depan kaca. Buram. Kejadian itu memang sangat memukul hatinya, Ia ingat awal ini terjadi.

          Awal tetes tinta kisah.   

     Sembilan puluh hari yang lalu

Tom adalah penulis mading yang kerajinan. Mengirim puisi setiap hari kadang menggunakan nama asli, Pseudonym, kadang Anonim alias tanpa nama. Suatu saat ia mengirim puisi yang ditempel sangat pagi disekolah. Lebih pagi dari kabut.

Kau titik binasa naas kisah sejarahku
Kau yang mengajaku terbang tanpa sayap hanya dengan khayalan
Terbang melesat dengan satujuta kecepatan cahaya dijadikan satu dan diikat
Menjadi tunggal
Kadang
Aku gila memuja hening acuhmu
Kadang aku sinting
Menyembah bising tawamu
Inginku culik dirimu pulang kepuri di nirwana ciptaanku

Tom melihat puisinya bersanding dengan sebuah puisi yang tak kalah indahnya. Puisi itu milik Adriana anak kelas sebelah, belakangan Tom tahu setelah menelusurinya dituntun rasa penasarannya.
Wahai kau yang disana diam duduk termangu
Yang meratapi kisah sedih dukamu
Yang terus merayakan haru membiru tanpa henti terus membentang terus kontinyu
Datanglah
Kemarilah
Biar aku peluk dirimu dengan aksara indahku
           
            Tom merasakan ada yang aneh dengan degub jantungnya, darahnya dipompa menjadi lebih kencang, ada sebuah perasaan abstrak yang tidak dapat didefinisikan, bahkan oleh angka angka kotretan Khadafi. Seperti bilangan dibagi nol, tidak ada penjelasannya. Sepanjang hari ia terus menggumamkan puisi milik Adriana yang misterius itu.

Datanglah
Kemarilah

            Kata itu terus berdengung dalam otaknya, kata kata itu seperti memanggilnya datang, Tomhanya melamun sambil memeutar mutar pensil coklat bututnya yang sudah tak jelas brand-nya. Guru Biologinya melihatnya setengah heran. Tom biasanya sangat antusias dalam pelajaran Biologi apalagi bab Evolusi ini. Guru Biologinya iseng iseng melempar pertanyaan.
            “ Tommy !!! “
            Tom tersentak, pensil bututnya melayang entah kemana. Zidan tiba tiba meringis.
            “ Ya bu ? “
            “ Jelaskan missing link antara struktur DNA Primata dan manusia “
            “ Missing link itu hilang dan tidak diketahui, masih diteliti oleh para peneliti, juga tidak terdefiniskan seperti cinta. Missing link itu seperti loncatan kuantum secara besar besaran dan tidak tercetak dalam double helix manusia dan primata itu sendiri. Mungkin ada mahluk yang menjadi carrier serta bukti keberadaan missing link itu, mungkin mahluk itu punah sekitar 150 juta tahun lalu, sehingga tak akan pernah ditemukan missing link itu ! “
            Teman kelas Tom terperangah, terlebih saat Tom menyebut kata cinta. Sejak kapan teori Evolusi Darwin memiliki relasi anatara cinta dan loncatan kuantum. Guru Biologinya tersenyum simpul.
            Pelajaran pun usai. Tom segera menghambur keluar mencari Khadafi. Perpusatakaan adalah tempat yang ia cari pertama. Buku matematika, fisika, serta satu buku tebal yang mengulas Relativitas Einstein ditumpuk dipojok Perpustakaan, ‘ Ruang kerja Khadafi ‘ Tom menyebutnya. Tom berdecak pinggang.
            “ Halo Prof !! “
            “ Hah “ Khadafi terkejut.
            Tom merebut buku kalkulus dipangkuan Khadafi, Khadafi bersungut marah.
            “ Sudah,sudah, dengerin gue “
            “ Apa !!? “ Tangannya mencoba meraih buku yang Tom rebut.
            “ Lo tau Adriana, anak XII IPA 5 ? “
            “ Tau-lah “
            “ Tepat, gue tau loe cowo yang banyak dikejar cewe, dan gue datang kedukun yang tepat “ Tom tersenyum berseri.
            “ Okay, to the point “
            “ Tunjukin gue yang namanya Adriana ! “
            “ Emang kenapa sih “ Khadafi mendengus sebal.
            Tom mencolek dagu Khadafi, menggodanya, ini adalah salah satu cara Tom untuk membujuk Khadafi melakukan sesuatu hal yang ia inginkan. Selalu berhasil biasanya.
            “ Come on baby “ Tom merayu.
            Khadafi diam bersemu, ia melihat buku kalkulus dipangkuan Tom.
            “ Okay, okay !! Gue tunjukin “
            “ Makasih ya sobat “
            “ Kebalikan buku itu sialan !! “
            Tom menyerahkan buku itu lalu pergi melengos dengan sebelumnya mengacak ngacak rambut Khadafi. Sang Professor cemberut di ‘ruang kerjanya‘.
           
            Tom mempunyai prinsip yakni ‘Scibo ergo sum’ dengan menulis maka aku ada. Dalam sel otaknya selalu ada ide dan pikiran yang berkecambuk disana untuk ditulis, maka ketika Tom diam duduk termangu, maka otaknya bekerja dengan pemahamannya sendiri. Untung saja tidak ada suara Blower computer setiap saat ia berfikir. Tapi kemungkinan prinsip itu akan berubah menjadi  cum ego non puto‘ Dengan memikirkanmu maka aku ada. Adriana dan bait puisinya memanggil dirinya.
Seperti tumbukan dua bintang yang menyala dahsyat lalu tercipta peristiwa Supernova, ledakan yang maha dahsyat memuncratkan sejuta cahaya lalu energinya menggelombangdan menyapu hening semesta dengan kecepatan yang mengagumkan, menubruk dan membinasakan setiap apa yang menghalangi arusnya. Seperti halnya pertemuan dua orang manusia yang melebur dalam satu ikatan cinta, lalu tercipta suatu momen yang dipenuhi dengan arus yang terus menggema, dipenuhi tsunami Dophamin dan Endophmine yang menenggelamkan mereka. Arus itu akan membawa mereka diantara dua pusaran. Kehancuran dan satu hal yang jarang ditemukan. Ada kesamaan anatar variable peristiwa Supernova dan Jatuh cinta yakni sama sama indah dan membawa Kehancuran.
            Khafadi menghampiri Tom. Jauh didasar hati Khadafi ada sebuah materi asing yang menggangu perasaanya. Khadafi menepati janjinya yakni menujukan siapa itu Adriana. Adriana kaka kelasnya yang pernah naksir saat MOPD, Adriana mengirimkan sebuah surat berisi puisi. Puisi yang cantik sama seperti Adriana. Puisi itu tidak mengerakan hati Khadafi satu nanometer pun dan akhirnya surat itu berlabuh di tong sampah
            Senyum simpul tampannya merekah. Beberapa siswi lewat sambil berbisik dengan ekor mata mengarah pada Khadafi. Tom melambaikan tangan. Tunggu teman aku sudah tak sabar.
            Tom merengkuh Khadafi. Pelukang persahabatan tetapi pelukan itu malah membuat hebat pukulan jantungnya, segera ditepis bayang bayang aneh itu. Dua puluh detik pelukan itu bertahan.
            “ Sesuai dengan imbawan pemerintah, peluk selama 20 detik untuk Psikologis “ Ucap Tom seraya melepaskan pelukan itu.
            “ Pemerintah yang cerdas “ Seringainya mengembang.
            “ Jadi tunjukan siapa mistery guess kita ? “
            “ Sabar sebentar “ Khadafi mendelik.
            Mata Khadafi celingak celinguk, mencari siswi mana yang hendak dia tunjuk. Pilihannya jatuh pada seorang siswi yang giginya tonggos. Seringai Khadafi semakin meruncing.
            “ Yang itu tuh ! “ Tunjuk Khadafi pada siswi itu.
            Ternyata siswi yang ditunjuk Khadafi menyadarinya, siswi itu menjadi heran dan tersipu sendiri. ditunjuk siswa paling tampan satu sekolah, satu kecamatan bisa jadi.
            Tom segera menghampiri siswi itu. Khadafi memasang wajah heran. Tiba tiba Tom datang kembali dengan wajah sebal dan merengut.
            “ Pembual kelas setan ! “
            “ hehehehe “ Khadafi memasang wajah paling innocent saat itu. Melihatnya Tom semakin sebal.
            “ Namanya itu Sutarsih ! bukan Adriana tauk ! “
            “ Tenang tenang honey, itu cuman intermezzo hahaha “  Dari satu sekolah yang beruntung disebut ‘Honey’ oleh Khadafi adalah Tom. Tom berdecak pinggang lalu menjepit leher Khadafi dengan lengannya.
            “ Lepas, lepasin !! “
            “ Show to me, who is her ! or you die asshole ! “ Ucap Tom dengan aksen afro.
            “ Okay okay let me breath “ ucap Khadafi tak mau kalah dengan aksen India medok.
            Dilepaslah leher Khadafi. Khadafi mulai mencari Adriana yang sesungguhnya. Kakak kelas yang pernah mengirimi dia surat cinta dan tak pernah menggerakan satu nanometer pun.
            “ Itu, itu dia !!! Come on hone look her ! “
            “ Mana, mana !! “
            Mereka berseru seru seperti melihat pertandingan Timnas melawan Manchester Unitied. Eloco Gonzales hendak membobol gawang MU yang kesejuta kalinya.
            Adriana melenggang dikoridor, diantara belasan siswi lain. Senyumnya mengembang diantara keriuhan. Focus seakan hanya tertuju pada satu titik, senyumnya, senyumnya Adriana. Datanglah
Kemarilah
            Relativitas Alberth Einstein bekerja, peregangan waktu mengambil alih moment ini. Delta T = Delta T0 Dibagi 1 – ( V2/C2) Mungkin yang dialami Khafi hanya sekitar 7 atau 8 detik dalam moment ini, akan tetapi bagi Tom ini sangat lambat, lambat yang indah. Tom telah melesat dengan kecepatan satu juta cahaya dijadikan satu. Persis dengan puisinya. Tidak terdefinisi.
            Satu tumbukan kulit telapak tangan Khdafi mengembalikan kenormalan Korteks serebralnya. Pemikiran Tom dipaksa kembali dari indahnya imaji yang terlukis dalam otaknya. Ia kembali ke momen kini.

Telah kutemukan kini, dari semua pengelanaanku menyiangi semesta..
Siapa yang kucari setelah lama kutak menjejak lagi bumi hatiku..
Mengembalikanku kepada satu keutuhan yang nyata..
Kau, tenyata satu jengkal dari tempat pencarianku, tempatku melukis aksara, kau pelengkap detik rumpangku
           
           
            Tom mengerjap ngerjap, lalu terlukis senyum simpul yang sarat dengan kelegaan. Adriana telah lenyap diantara kerumunan siswa dan siswi hingga ia masuk ke kelas, kesebelah tempat observasi karya puisinya. Pensil bututnya akan semakin ganas menggores karya cinta.
            “ Tom.. Tommy Are you okay ? “ Khadafi mengelus pipi Tom. Begitu terasa halus tangan Khadafi.
            Tom diam saja.
            “ Kayaknya kamu sakit deh “
            “ Aku jatuh Fi “ Matanya sendu menerawang sesuatu yang abstrak.
            “ Jatuh dimana ??!!! Aku bawa ke UKS yah ? “
            Tom lepas tangan Khafi diwajahnya dengan perlahan, lalu matanya menatap mantap seseorang didepannya. Khadafi ditusuk mata yang sendu.
            “ Aku jatuh cinta “
            Hening rasanya telinga Khadafi, yang tersisa hanya ucapan Tom. Aku jatuh cinta.
            Khadafi membalikan badannya, lalu menekur bumi.
            “ Gue harus ke kelas, sekarang pelajaran Fisika “
            Tom melihat gelagat yang aneh dari sahabatnya, sahabatnya yang menjadi jembatan pencariannya.
            “ Lo masuk angin Fi ? “
            “ Entahlah, kayaknya gue gak enak badan deh “
            Sosok Khadafi lamat lamat menjauh dan menghilang. Wajah tampannya terus menekuri bumi. Tom menggedikan bahu lalu melenggang kembali sambil tersenyum senyum sendiri.
            Bersambung -

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap