Skip to main content

Anti Nembak Sim Club : Pengalaman Membuat Sim Gak Pakai Nembak.

Buat yang suka berkendara, entah itu motor atau mobil, wajib membawa kelengkapam surat-surat seperti STNK dam SIM. Biasanya setiap yang punya kendaraan pasti punya STNK, tapi kalau SIM? Mungkin cuman 30 persen yang punya SIM dijalanan.
 Gue udah biasa mengendarai motor sejak kelas 5 SD gan, tapi baru hari (Kuliah Semester7) ini punya SIM C wkwkwkwk.
 Banyak orang memilih jalan pintas yang ditempuh oleh mereka yang gak percaya diri atas kemampuannya sendiri atau orang yang gak mau ribet jika nanti harus mengulang, pengennya one shoot.
 Karena gue memang anti untuk melakukan hal tersebut, karena sama saja memelihara kultur koruptif di masyarakat, bisa karena ada quotes yang berbunyi "penengak hukum adalah cerminan dari masyarakatnya", dilain sisi gue emang gak punya uang sebanyak itu (disini kisaran setengah juta lebih seratus) untuk membuat kesepakatan jahat bersama oknum.
 Karena gue gak daftar online, gue daftar manual secara hari kamis, lalu memilih test hari jumat pukul sepuluh. Gue langsung gagal diteori, beda sama cewe gue yang lolos di teori tapi gagal dipraktek. Alhasil gue harus kembali jumat depan, cewe gue senen depan.
 Riset, riset, riset! Itu kuncinya. Gue belajar tentang soal-soal AVIS SIM C (Audio Visual) di Youtube, karena yang gue pelajari kemarin adalah soal yang sangat berbeda dengan yang diujikan, karena itulah gue gagal.
 Hari test pun tiba, gue dapet kloter kedua pukul 09:15 WIB, tapi gue datang ke pagian, alhasil gue jadi peserta test pertama bersama seorang mahasiswa Universitas Pakuan. I passed that test, nilai gue 84 di ujian AVIS, lanjut ke praktek.
 Halang rintang yang disediakan untuk menguji kita adalah trek lurus, setengah lingkaran, dan zigzag. Motor yang disediakan diantaranya Mio, Revo, Skydrive, dan beat. Gue pakai mio, karena dimensinya yang kecil dan pendek sehingga memudahkan gue untuk beraktraksi, sedangkan rekan seperjuangan gue pakai revo.
 Gue lulus! Saking senengnya gue kasih cap jempol mantap sama rekan gue yang mahasiswa Pakuan itu, eh ternyata dia gak lulus, mukanya tertekuk kecewa, gue langsung merasa gak enak, langsung kabur ke Bank BRI.
 Membayar administrasi sebanyak 100K, dan setelah itu menyerahkan berkas ke bagian percetakan, dan tunggulah SIM anda.
 Kabar buruk, karena blanko SIM sedang sulit,  POLRI belum mengirimkan blanko tersebut, sehingga diganti dengan suket, kayak resi KTP! Holly hell, gue jengkel dan elu juga pasti jengkel, tapi mau gimana lagi kan? Tapi tenang, pihak polres yang menerbitkan SIM ini menjamin bahwa fungsi-nya sama seperti SIM biasa, jika dipersulit oleh Polantas yang kudet, ada nomer WA untuk mengadukan hal tersebut, nanti pihak sana akan membereskan kemelut itu.
 Kesimpulannya, kalau membuat SIM gak usah nembak, pertama untuk menghilangkan kultur koruptif, kedua sayang duit wkwkwk. Percaya sama diri sendiri, dan jangan lupa riset! Jangan males, google dan youtube bisa membantu anda!
Berikut penampakan resi SIM-nya.

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap

Sobirin : Berlari Terengah-engah

            Dengan sayap yang terjalin dari bulu burung dan tetesan lilin, ia terbang menembus angkasa. Menerjang angin dan terus mengejar matahari. Kecintaan dan rasa penasarannya terhadap matahari jugalah yang membunuhnya, sehingga ia jatuh dan tenggelam di lelapnya samudra. Begitulah Icarus mencintai matahari. Sobirin menutup buku yang ia baca, lalu ia memandang langit-langit kosannya dengan puluhan ribu pertanyaan. Pertanyaan itu tidak terjawab oleh dirinya sendiri dan ia pun mendengus pada dirinya sendiri.             Ia turun ke lantai bawah, mengubek-ubek nasi dingin di ricecooker, mengaduk-aduk bumbu yang ada. Rasa lapar menggerakan persendian pemalas Sobirin. Sobirin mengiris bawang, cabai, dan terasi dengan malas. Mengoseng-oseng dengan malas, menyajikan dengan malas, makan dengan bersemangat sampai-sampai berkeringat.             Selepas makan, Sobirin mandi. Biasanya Sobirin hanya mencuci muka dan menggosok gigi akan tetapi mengingat ia sudah tidak mandi selama 3 ha