Terlalu
tegar jantungku untuk berdetak
Semakin kuat
denyutnya, semakin rapuh diriku
Ah ~
terlalu, terlalu pedih mengingat itu
Maka ingin
lupa saja
Lupa seakan
aku baru lahir kemarin sore
Ditimang dan
diciumi oleh Ibu
Ingin aku
kembali pada satu titik waktu
Ketika kita
bertemu dan saling canggung saat itu
Didepan perpustakaan
kala sore – siswa pulang terburu buru
Seakan ada
lengking biola yang nyaring saat mata sendu itu beradu
Ingin
kumenyelam kembali ke hari itu
Hari dimana
kuurungkan saja untuk melihat ceruk matamu yang dalam menghitam
Karena terus
begadang
mungkin
Sejuta kembang
api tak akan muncrat dari kepalaku saat siang bolong itu yang lengang
Bolehkah
kupesan wahai Tuhan ?
Dua waktu
itu ?
Karena aku
tahu jika aku menyatu dengan si itu
Aku akan
tetap dihantui pertanyaan “ gimana kalo aku jadi dengan si itu ? “
Dan semuanya
amburadul
Jadi Tuhan
tidak ada yang kusesali
Yang ada
hanya rasa benci. Benci kepada diriku sendiri
Bisakah kupesan
wahai Tuhan. Satu rasa cinta ?
Comments
Post a Comment