Skip to main content

Save of World

Kota menyedihkan ini sudah diblokade. Disolasi setelah kejadian itu terjadi. Semua akses ditutup tidak ada akses untuk masuk. Presiden memperintahkan semua kesatuan bersenjata untuk turun melakukan tindakan. Angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara, serta Kesatuan kepolisian untuk turun tangan. Penduduk kota yang hendak keluar dari kota ini harus melewati prosedur digerbang blockade oleh petugas berseragam putih yang serba tertutup . Dipindai menggunakan sensor inframerah, lalu dikarantina dan diberi vaksin. Itu sebelum infeksi menggurita luas.
            Presiden menetapkan status Delta. Gawat Nasional. Beritanya terdengar telinga dunia. Di media sosial gencar membahas kejadian ini, di Twitter Trending topicnya menempati peringkat satu dunia selama satu bulan terakhir sejak penjangkitannya. Pengguna Twitternya menulis tagar #SaveWorld. Media Internasional mengirim wartawan etrbaiknya untuk meliput kejadian ini, BBC memperbaharui berita ini setiap dua jam sekali, New York Times selalu menjadikan berita ini jadi Top news diberitannya. Penduduk dunia cemas.
            Perekonomian dunia menjadi tersendat terutama bagi Negara ini dan sekitarnya bahkan Singapura kehilangan separuh harga mata uangnya. Jangan ditanya kondisi perekonomian Negara ini, Inflasi membengkak selama dua puluh jam terakhir setelah beritannya menyebar – rekor bagi sejarah keuangan dunia, pasar saham terjun bebas, harga mata uang ini menjadi semakin buruk dimata Dollar, investor dari berbagai Negara menarik uang mereka yang dibenamkan dinegar ini, huru hara keuangan. perekonomian Negara ini runtuh dalam sekejap.
            Bioregeneration Corp. Firma perusahaan farmasi raksasa yang membangun ‘laboratoriumnya’ dikota ini menjadi penangung jawab utama atas ‘kecerobohan’ ini. Para ilmuan genetik, ahli memetika, ahli DNA, dari berbagai Negara maju melakukan riset ‘bawah tanah’ dikota ini. Mereka ingin membuat sebuah keajaiban dengan riset dan teknologi mutakhir. Sebuah obat yang bisa menghidupkan orang mati. Mereka merekayasa DNA virus dan bakteri hingga akhirnya bermutasi, virus itu akan mengubah struktur double helix dalam DNA dan mengubah data dalam tRNA . Mutasi besar besaran. Mahakarya ilmuan itu berwujud sebuah serum dengan nama ‘ Virus-R’ . Virus Reinkarnasi.
            Serum itu tersenggol oleh salah satu ilmuan dan pecah, cairan itu menetes kegorong gorong dan menjangkiti tikus got. Membuat tikus got itu menjadi buas, karnivora yang haus darah, mereka memangsa sesamanya dan mahluk dunia bawah. Hingga akhirnya mereka muncul kepermukaan, menggigit dan menjangkiti anjing, kucing, serta manusia. Virus itu merampas dan membunuh kesadaran, virus itu menguasi setiap gerak motorik tubuh yang dijangkiti. Yang tersisa hanya mayat hidup yang berjalan dengan tatapan buas.
            Presiden akhirnya memutuskan untuk benar benar menutup rapat blockade, tidak boleh ada yang keluar dari kota itu satupun. Satelit menangkap penjangkitan memenuhi hampir 2/3 wilayah. Pemerintah tidak perduli nasib mereka yang masih ‘bersih’ dan para anggota bersenjata yang bertugas menumpas para mayat hidup. Presiden sempat bersitegang dengan anggota dewan di Parlemen. Sebagian dunia mengutuki kebijakan yang diambil Presiden. Twitter ramai dengan tagar #Savesoldierandcitizen, sebagian dunia mengangguk lemah karena bagaimana pun penjangkitan harus distop dan diblokade. Tidak ada tagar yang mendukung kebijakan pemerintah itu.
            Kepala sipir dan walikota memutuskan untuk membebaskan para tahanan agar dijadikan sebagai polisi dadakan untuk membantu kesatuan polisi memberangus mayat hidup yang berjalan buas. 35 Jam setelah penjangkitan, hampir semua anggota kesatuan tewas dan akhirnya menjadi bagian mereka.
            00 : 00 Jam besar di markas kepolisian ini berdegung dua belas kali. Diluar hujan gerimis, hujan membersihkan jejak darah berbau anyir disudut kota. Aku bersembunyi ruangan kantor komisaris Polisi. Setelah bersembunyi dua puluh jam dan menghabiskan waktu dengan merokok milik sang komisaris polisi, kulkasnya pun penuh oleh berbagai jenis makanan serta minuman beralkohol tinggi. Polisi licik.
            Aku menuju gudang senjata. Mengambil Revolver yang cukup membuat korban terjengkang sekitar 5 meter, dua pucuk senjata otomatis Uzi, dan beberapa granat nanas. Amunisi kumasukan dalam tas besar. Sangat berat bagi wanita bertubuh kecil sepertiku, aku bukanlah wanita yang ringkih, aku adalah narapidana dengan reputasi mencengangkan. Berhasil menyeludupkan 50 kilogram heroin dalam koper yang bernilai Triliunan, reputasiku terkenal diantara gembong kartel narkoba Kolombia. Wanita yang lihai menari dengan senjata api dan bela diri yang mumpuni. Sial enam bulan lalu aku diciduk oleh Kesatuan polisi divisi narkoba di bandara. Sebenarnya aku menunggu eksekusi hukuman mati delapan bulan lagi. Tetapi aku berhasil bebas.
            Kugeber motor Harley Davidson 1200 cc, dengan empat piston, motor ini melesat bagai peluru. Cukup keren untuk motor kepolisian Negara ini. Kopling kulepas, gas kutancap dalam dalam. Melesat cepat dalam akselerasi 150 km/jam dalam tiga detik. Deru motor Harley menarik perhatian zombie buas itu. Tubuh zombie itu bagai bidak yang dihantam bola bowling, lalu kepalanya terlindas pecah oleh ban berukuran jumbo ini. Strike !
            Sial bensin motor ini kering, lamat lamat deru gagah motor ini bisu. Zombie tertarik perhatiannya, lalu menatapku dengan haus. Bagai anjing belumk diberi makan selama empat bulan, mereka terseok seok berjalan menghampiriku. Kucabut revolver dari pingangku. Menghisap rokok dalam dalam. Kutarik pelatuk.
            D-O-R Satu lubang dahi.
            D-O-R satu lubang lagi dipelipis kanan.
            Akhirnya mereka mati bukan karena keadaan metaforik. Satu zombie masih kejang. Kudekati tubuh koyak itu, lalu senyap. Aku menyeringai, sejurus kemudian ia menghentak dan memegang kakiku, hendak digigit. Kaki kananku yang terbungkus sepatu plat baja milik kepolisian itu menghentak dahi zombie itu. Terdengar suara kaca retak. Sepatuku tertancap dikepalanya. Ada sisa otak diujung sepatuku.
            Satu peluru sniper melesat dibelakangku. Darah muncrat menyepuh aspal kota yang terkena siram gerimis. Aku menoleh, satu zombie kejang kejang dan tewas. Tewas dengan peluru yang menembus. Dari kejauhan ada seorang pria kekar menghampiriku, wajahnya tegas, brewok menghiasi wajahnya, menenteng sniper. Berpakaian detasemen khusus angkatan bersenjata Negara ini.
            “ Carl ? kau berhutang budi padaku “ Ucapnya datar.
            Aku mngeryit, melipat dahi.
            “ Aku Jo, anggota detasemen penembak jitu. Aku salah satu anggota tim yang mencidukmu dibandara enam bulan lalu. Jadi aku ingat siapa kau “ Ia tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya. Kusambut tangan itu.
            “ Ratu Marjuana “
            Tiba tiba terlihat sosok tinggi, ceking, ia berlari kemari. Siluetnya terlihat jelas, terdengar suara merintih tersegal. Senjata kami menodong sempurna.
            “ THGRROLONGG “
            Sosok itu semakin mendekat, lalu berhenti membatu. Ia mengangkat tangan.
            “ Aku manusia, jangan tembak aku, aku mohon “ Suaranya memelas. Senjata kami tertunduk waspada. Ia mendekat perlahan. Satu tembakan kulesatkan. Ia membatu. Zombie yang terbaring didekat kaki sosok itu tewas. Sosok itu mengusap dada.
            Sosok itu adalah seorang pria dengan baju kemeja orange linen kebesaran, celana jeans model Elvis, wajahnya tipikal sopir India.
            “ Namaku Raj, tolong aku agar tetap hidup “
            Jo mencabut handgun, lalu melemparkannya pada Raj, Raj gelagapan menangkapnya.
            “ Namaku Jo, gunakan itu dengan baik agar kau tetap hidup “
            Raj menengok padaku, lalu menunduk elegan.
            “ Nona cantik, siapa namamu “
            “ Carl, Ratu marijuana “
            Raj terkesiap.
            “ Kita hareus punya tujuan untuk bisa keluar dari kota terkutuk ini, tidak bisa hany berputar dikota inbi saja, amunisi akan habis dan tandanya kita akan mati “
            Raj melan ludah.
            “ Kau punya ide, Carl ? “
            “ Bosku, sigembong Narkoba yang kalian cari selama ini. Dialah tujuan kita “
            Kita akan ke Paradise Hill untuk mengambil tiket kita keluar dari kota sialan ini, diatap mansionnya ada helicopter. Kita bisa gunakan itu. Ucapku datar.
            “ Kita butuh kendaraan, jaraknya 30 km dari sini “
            Jo mengedarkan pandangan lalu menangkap sebuah taksi terparkir ujung jalan.
            “ Lihat itu ada taxi, kita bisa gunakan itu “
            Serempak menyeringai.
            Jo memecahkan kaca depannya dengan popor sniper, Jo lalu memaki.
            “ Sial kuncinya tidak ada, bagaimana kita bisa menghidupkan mobil ini ? “
            Raj beringsut maju, ia tengadahkan leher jenjangnya. Ia memutuskan kabel berwarna merah dan biru lalu memilinnya jadi satu. Shhhssttt, Brummm mobil menyala.
            “ Aku adalah sopir taxi, aku supir tergila dikota ini, mengemudi dengan 230 km/jam dijalan protocol hingga akhirnya polisi keparat diperempatan itu menilangku dan memerasku. Aku tak punya lisensi mengemudiku dicabut “ Raj menyeringai.
            Jo menendang masuk Raj kemuka setir, lalu Jo duduk disebelahnya. Aku dikursi belakang. Raj memegang mantap perseneling, kopling ia lepas, gas ia injak dalam dalam. Mobil menghentak dan berlari kencang.
            “ Demi dewa Siwa, bensilnya penuh !! “ seru Raj.
            “ Haleluya “ Jo mendesis
            “ Demi Uang, dan marijuana “ Balasku tak mau kalah.
            Raj mengemudi dengan ganas. Ia tabrak dan lindas zombie yang menghalangi pandangan jalan. Rasanya mobil seperti melindas bangkai curut saja. Satu zombie tersangkut dibagasi belakang, tangan zombie itu menggedor kaca jendela disebelah kananku. Kupencet tombol Power window tetapi kaca itu tak bergeming.
            “ Raj buka jendela belakang samping kanan ! “
            “ Kau pencet saja tombol power window itu nona “ Raj berkata setengah teriak lalu melempar setir kearah kanan dengan tajam.
            “ Tidak bisa bodoh, ini terkunci “
            Raj gelagapan mencari tombol power window dikabin. Jo menyongsong senjata kearah jendela kanan yang bolong. Peluru melesat tepat didepan hidung Raj. Zombie hendak mencakar wajah Raj. Raj wajahnya pias.
            Tak lama mengambil tempo, kutembak saja dengan Uzi milikku, Peluru memberondong zombie malang itu sebelum akhirnya jatuh dan terlindas roda.
            Taxi berwarna biru ini sudah memasuki tanjakan berkelok. Mobil ini sudah menjejak Paradise Hill. Raj serius menekuri jalan, Jo bertanya padaku.
            “ Carl ?! dimana mansion Bosmu itu ? “ Jo bertanya mengingat banyak mansion yang berderet di Paradise hill.
            “ Sudirman avenue, no 32. Depan belok kanan, belok kiri, belok kiri, belok kanan. Mansion dengan gerbang ukiran borneo berwarna kuning emas “
            Raj mengangguk takzim.
            Raj tidak pernah mengendurkan kecepatan. Ia tabrak gerbang itu. Gerbang mewah itu roboh. Air bag meliputi tubuh Jo dan Raj. Jo menyumpahi Raj. Raj tertawa lebar.
            Suara debum itu mengundang zombie. Zombie dengan piyama sutra yang wajahnya koyak, zombie gadis mungil yang daging wajahnya raib, dan zombie bertubuh tambun dengan jas. Zombie berjas itu adalah Bos Carl.
            Raj menodongkan pistol kearah Zombie berjas itu. Tetapi meleset. Jo menatap sebal dan melesatkan pelurunya tepat ditengkorak zombie itu.
            “ Kau menghabiskan amnusi saja “
            Aku menari dengan Uziku. Zombie itu tumbang.
            “ Raj aku ambil accses card disaku jas zombie itu, pasti ada disana ! “
            Raj menatap jerih, dan takut takut. Jo mengepalkan bogemnya. Raj mendekati dengan perasaan terkencing serta berdesir. Zombie itu ususnya memburai, daging dipipinya koyak, matanya pecah. Raj takut takut menggeledah kantong jasnya, takut takut masih ‘hidup’ dan memangsa tubuh cekingnya.
            Ia berlari dengan accses card, lalu diam membatu. Ia todongkan pistol kearah Jo. Jo terkesiap. Sedetik kemudia peluru meluncur dan darah muncrat dibelakang Jo. Zombie itu tewas dengan tembakan Raj. Raj menghampiri Jo.
            “ Seharusnya aku menjadi kaptenmu Jo “ Tawanya lebar.
            Kartu itu digesek kealat pemindai. Lampu hijau, clik ! Terbuka. Aku mencari rak rak tempat Bosku menyimpan kunci Helikopter. Nah ketemu ! Sialnya dalam brangkas. Brangkas itu kuat tak tembus peluru. Raj beringsut maju.
            “ minggir nona manis“
            Ia tempelkan telinga gajahnya kebrangkas itu, sedangkan tangan kanannya asik memutar kunci kombinasi. Krek ! Terbuka, keparat ! dalam brangkas itu terdapat brangkas lagi tetapi dengan sandi numerik dan alphabet.
            “ Siapa nama bosmu, dan tanggal lahirnya ? “
            “ Diego , 13 maret 1987 “
            Krek terbuka ! Raj berhasil membuka brangkas itu. Sial, brangkas ini berlapis keamanannya. Pemindai sidik jari.
            “ Jo kau potong jempol zombie itu dan bawa kemari “
            Titah Raj bagai seorang kapten, Jo mencabut pisau titanium di pinganggnya lalu berlari keluar. Satu menit tiga puluh detik kemudian. Jo membawa jempol yang membusuk.
            “ Tempelkan disana “
            Clik ! Terbuka. Disambarlah kunci itu.
            04 : 40
            Presiden dari ibu kota menelepon Dmitri Kasparov – Presiden Russia untuk meluncurkan roket nuklirnya kekota menyedihkan itu. Kordinat sudah ditentukan, roket itu sudah meluncur, sampai 15 menit lagi.
            04 : 50
            Jo, Raj, dan aku bergegas naik ke rooftop tempat Heli itu terparkir. Kumasukan kunci itu, baling baling berputar semakin cepat. Raj terperangah.
            “ Carl ? , kau yang jadi pilotnya ? “
            “ Lalu ? kau mau turun dari Heli ini, silahkan saja “
Raj diam tak bersuara. Helikopter ini sudah mengudara menjauh kearah utara.
04 :54.
“ Raj kenapa kau begitu lihai memecahkan sandi sial itu ? “ Jo bertanya.
“ Kau tau siapa komplotan yang mencuri lukisan Monalisa di museum Lovre Prancis ? “
“ Tidak, keparat itu menghilang bagai angin “
“ Salah satunya aku, kami berpencar karena misi gagal, kami menyebar keberbagai Negara, lalu menyamar jadi supir taxi di kota terkutuk yang sering macet ini “
04 : 55
Roket itu meninju dari arah selatan. Satu. Dua detik kemudian Cahaya terang menyapu shubuh. Dengan kecepatanm cahaya, materi itu meledak menyapu kota terus kearah utara. Heli terguncang, dan oleng, sebelum semuanya gelap. Aku sempat mengirim sinyal SOS. Heli ini jatuh dipegunungan.
Semuanya selamat, aku mendapati diriku disebuah rumah sakit besar di Genewa. Kakiku dibebat, dan hilang satu. Pers dan media Internasional berebut mewawancarai kami bertiga. Penduduk dunia mengusap dada dan di twitter ramai dengan tagar #Saveourlife.
Semuanya belum berakhir ini baru awal, gagak bermata merah menyebrangi lautan.
           
           
           
           
           

            

Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap