Satu ulasan tentang catatan buruk lalu
Hanya catatan tidak lebih
Telah kubinasakan dua sudut nirwanaku dalam otakku
Dua titik pusat yang menyedot semua sadar
Telah kubakar dua kahyangan dan kini telah hilang
Jadi abu dan debu
Seperti kabut lembah yang sirna kena tempias cahaya
Seperti itulah kubakar sisa sisa dongeng kelam tentang dua putri
entah dari mana
Seperti pujangga yang terkutuk ditengah malam yang kian bisu
Aku duduk meratapi nisan keparatku
Tanah merah yang tuli jadi penguburan cerita
Tanah merah metaforik khayalan, imaji, dan tinta torehanku
Tanah merah hibah sengsara
Mulai dari duka perdana
Hingga jutaan jerih selanjutnya
Merayap darahku membawa jeri dan ngeri
Telah koyak harapanku
Maka lebih baik kubunuh saja sekalian
Hingga aku tak ingat bahwa itu pernah ada
Lihatlah senyum dan derai tawamu
Aku pun ingin senaif itu
Lihatlah rasi bintang yang menyala
Bertabur indah dalam kelam dan heningnya semesta
Lihatlah diriku yang membisu
Tergugu diam dalam ramainya sorak sejuta mata
Akhirnya lumat juga bayang bayangmu
Tandas juga kebencianku
Ranggas pula cintaku
Biarkan aku jatuh damai bagai tetes hujan dari rahim awan
Meninju dan menyerap kedalam Tanah merah metaforikku
Comments
Post a Comment