Skip to main content

Puisi untuk Selfia D.

Kepada Selfia yang berulang tahun di 13 Maret.
Untuk seorang gadis yang lugu seharum sakura berguguran




Aku melihat semu dalam pipi kusammu
Wahai adikku
Wahai adikku yang mungkin belum bulat menjadi seorang gadis dewasa
Adikku yang sudah jatuh cinta pada pemuda
Yang sudah tahu pedihnya rasa cinta
Walau Kakakmu tahu kau masih polos bagai benih hujan dirahim awan

Wahai Adikku yang tak bersusunan darah yang sama
Kulihat dalam jernih matamu yang menyimpan kelamnya sejarah lalu hidup kakakmu
Adikku yang memuja dan membuat sudut nirwana dalam sisi otakmu
Yang meng”Imani” cinta
Bukankah kau selalu ingin menggenggam erat setiap jemari kekasihmu
Menjadi pelengkap celah jari kekasihmu

Semabuk apakah kau wahai adikku ?
Semabuk kau dibuai semesta aksara indah yang merampas jiwamu kah ?
Kakakmu ingin bertanya ?
Matilah dalam bahagiamu
Hiduplah dalam harapan dan janji kehidupan yang cerah, secerah mentari yang bangun dipagi hari
Mentari yang selalu menepati janji kepada Yang maha romantis

Kakakmu yang tertindas rasa cintanya sendiri
Yang sudah tandas harapannya bagi angan fikirnya
Yang kadang bersegukan dalam derai tawa palsu dan ingin berbahak senaif mereka
Yang selalu berdoa kepada sang maha cinta untuk cinta yang lebih baik
Yang selalu menantang mentari seakan aku hendak melenyapkan gelora sinarnya
Kakakmu yang membuat bahtera maha luas
Bahtera yang berisi ketulusan
Kesetian
Yang dijamin dengan segala simpul nafas dan darah yang bergetar dalam setiap sel yang gugur dan mekar disetiap detik berganti
Apakah akan selalu dikhianati harapnya sendiri ?
Mereka terlalu biadab adikku ?
Kemana aku meninjukan tangis dan tegukan pedihku ?
Selain pada kau
Yakni
Adikku yang mengimani cinta dan jatuh hati pada seorang pemuda




Comments

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap