Skip to main content

Puisi : Sajak sesal

Dengarlah sebuah kisah tentang penyesalan
Duhai jiwaku yang diantara celah merapat biadab dan keji
Celah yang dengan ganas ingin membinasakan jiwaku sampai benar benar tidak ada
Seiring rapatnya celah dari sejuta kisi
Maka gugurlah makna hidupku
Ranggaslah asaku
Semakin dalam jurang sesalku, semakin tak berdasar, semakin tak bernalar

Seandainya..
Ya seandainya saja..
Seandainya aku dulu mengejarmu sampai hilang fikirku
Seandainya saja Aku mengejarmu sampai gila memburu
Seandainya aku tak tergoda rayu manis sulur menjerat
Seandainya aku tahu bahwa kau menaruh harap padaku
Seandainya aku tak membunuh itu
Seandainya kubunuh saja sulur sial keparat itu
Seandainya..
Seandainya..
Seandainya mari kita hentikan berandai andai
Mungkin rinai indah akan datang melipur tangis sesal dan pilu yang tak berkesudahan

Bukankah setiap bulir tetes yang dilahirkan langit dan berdebam jatuh ketanah tidak tahu
bahwa apa yang akan ia titi
Sungai yang membara penuh jeramkah ?
Tanah merah bisukah ?
Gurun panas yang terkutuk bagai nerakakah ?
Tapi satu yang pasti
Bulir hujan yang jatuh berdebam akan selalu menepati takdirnya
Keharibaan lautan yang luas merentang

Wahai jiwaku yang selalu bersedih
Wahai tubuhku yang selalu linu seiring mengingat sesalmu
Wahai hatiku yang selalu tertoreh sejuta sayatan sembilu lakumu dan laku keji mereka
Mari jiwaku kita berdiri tegak seperti hendak memadamkan mentari
Menantang setiap kalut dan bimbang mengambang
Kita gulirkan roda hayat
Tak inginkah duhai jiwaku yang menangis ?
Tertawa senaif mereka ?
Janganlah kita terus tersudut terlindas
Mari kita tersenyum walau itu semu
Janganlah kau terus bermuram duja

Hiduplah seakan kau akan mati besok wahai jiwaku
Matikanlah sakitmu seakan kau dihukum hidup selamanya dengan kesendirian
Biarkan darah yang merayap dalam rongga nadimu berdesir sebagaimana mestinya
Tidak ada pahit
Tidak ada semprotan pedih dalam dada setiap kau menghela
Tidak ada

Kau jiwaku, aku pantas bahagia dalam setiap detik berlari

Untuk jiwaku dan siapapun yang mempunyai sesal mendalam

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sobirin yang jatuh cinta

Dipersembahkan untuk seseorang yang nun jauh disana, dibalik gunung, yang suka tahu bulat dan Kawanku yang bernama M.H. Sobirin Diatas balkon lantai dua. Pukul dua belas malam. Angin dingin yang rasanya merobek kulit, melumatkan daging, dan menggigit tulang. Angin itu merasuk kedalam tubuh yang ringkih – tubuh yang kurang gizi karena kebanyakan makan beras murah, satu tingkat diatas beras berkutu, satu tingkat diatas beras raskin Bulog. Manusia malang itu masih saja memeluk lutut. Lagu Lonely dari Christina perri terdendang dari handphone made in china itu, terkadang terdengar suara distraksi yang kemrosok jika sampai pada nada yang tinggi. Kemejanya berkibar terkena angin malam.             Matanya yang polos itu, yang terlihat botak seperti tak punya alis mata menatap kosong kearah lalu lalang kendaraan di jalan A.H. Nasution. Kelebat lampu kendaraan, suara klakson, dan teriakan sopir, debu-debu semuanya seperti bergerak dalam hening dan lambat. Hati pengamat itu sedan

Cerpen : Gebetan Syariah

Malam ini gue jalan sama gebetan. Gue mau jalan sama Dita, kita beda sekolahan jadi sering kangen kangen gitu karena kita jarang ketemu. Gue udah mandi dan duduk didepan cermin dengan tatapan memuja, sambil bilang “ Kamu ganteng, kamu ganteng “ Dan manyunin bibir biar keliatan imut. Nyokap buka pintu dan liat gue merancau sendiri ngomong “kamu ganteng “, bibir monyong didepan cermin, dimana keadaan gue cuman pake handuk doang karena abis mandi. Gue membeku, nyokap menatap gue dengan tatapan nanar lalu menaruh deodorant roll di meja gue lalu pergi tanpa suara.             Gue ambil deodorant itu dan gue olesin diketiak gue, kaos warna item gue pilih buat menyamarkan gelambir yang udah berundak undak, gue pake celana jeans belel. Pas nyisir rambut entah kenapa ketek gue terasa terbakar. Pedes. Gue meringis lalu berteriak kalap keluar kamar. Gue buka baju didepan bokap yang lagi nonton tivi dan gue pajang ketek gue didepan kipas angin yang menyala. Masih pedes, gue berlari kearah dap